Showing posts with label Bisnis. Show all posts
Showing posts with label Bisnis. Show all posts

Wednesday, 9 August 2017

Barter Sukhoi Harus Sesuai Skema Pengadaan Alutsista

✈️ Pesawat Su-35 sebagai pengganti F-5 sementara akan ditempatkan di Makassar. [Michael Polyakov]

Pengamat militer dan intelijen, Susaningtyas Kertopati mengatakan, rencana Kementerian Pertahanan untuk membeli 11 pesawat tempur Sukhoi dari Rusia melalui mekanisme imbal dagang atau barter komoditas produk ekspor strategis harus sesuai dengan skema pengadaan peralatan militer atau Alutsista.

Di mana, kata Susaningtyas, di Jakarta, Rabu, skema tahapan pengadaan komoditas harus mengikuti skema tahapan pengadaan peralatan militer. Dengan demikian, skema tahapan pengadaan Sukhoi 35 menjadi acuan skema tahapan pengadaan komoditas.

"Intinya, Sukhoi 35 datang dulu di Indonesia, baru hasil perkebunan bisa di ekspor ke Rusia. Barter harus resiprokal tapi komoditas yang ikuti peralatan militer. Jangan sampai komoditas sudah dikirim tapi peralatan militer tidak datang atau datang sebagian saja," ujar mantan anggota komisi I DPR ini.

Wanita yang biasa disapa Nuning ini menyebutkan, barter komoditas dengan peralatan militer merupakan cabang ilmu ekonomi internasional dalam konteks ekonomi pertahanan.

"Prinsipnya adalah saling menguntungkan kedua belah pihak. Faktor penting yang patut diperhatikan adalah tahapan barter karena spesifikasi keduanya yang berbeda. Tahapan barter harus disusun sesuai skema tahapan pengadaan peralatan militer yang membedakan antara acquisition dengan procurement," kata Nuning.

Sebelumnya, Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan menindaklanjuti rencana imbal dagang dengan perusahaan asal Rusia, Rostec, yang ingin melakukan barter pesawat Sukhoi SU-35 dengan hasil perkebunan Indonesia.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita pada 3-5 Agustus 2017 melakukan lawatan ke Rusia untuk memuluskan rencana tersebut. Pemerintah juga akan menawarkan komoditas lain kepada Rostec selaku rekanan Indonesia dalam skema imbal dagang tersebut.

"Rencana imbal dagang ini sudah hampir final. Namun, kami masih menawarkan produk Indonesia lainnya untuk diekspor ke Rusia selain karet yang mereka minta," kata Enggartiasto dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis (3/8).

Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto mengungkapkan, timbal balik pembelian pesawat Sukhoi SU-35 dari Rusia dengan sejumlah komoditas Tanah Air telah dilakukan sejak lama. Jadi, ujarnya, hal itu bukanlah sesuatu yang baru.

"Pembelian (Sukhoi) seperti itu sudah lama. Saya sejak menjadi Panglima TNI pada 1998 sudah memberlakukan hal itu. Komoditasnya macam-macam sesuai dengan penjual atau pihak ketiga," kata Wiranto.

  ✈️ Antara  

[Video] Kerja Sama Ekonomi RI - Rusia

Liputan CNN Menteri Luar Negeri RI, Retno Lestari Priansari Marsudi, menerima kunjungan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Viktorovich Lavrov, di Gedung Pancasila, Lompleks Kementerian Luar Negeri, Rabu pagi.


  Youtube  

[Video] Barter Komoditas Dengan Sukhoi 35

✈️ Lavrov Sempat Bahas Sukhoi dengan Retno✈️ Pesawat Su35 Rusia [presstv]

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov berkunjung ke Jakarta dan menemui Menlu RI Retno LP Marsudi pada Rabu (9/8).

Dalam pertemuan itu, keduanya sempat membahas perjanjian barter hasil kebun Indonesia dengan sejumlah pesawat tempur Sukhoi SU-35 buatan Rusia.

[Kesepakatan pertukaran pesawat Sukhoi] sempat dibahas meski tidak secara spesifik,” ucap Menlu Retno usai bertemu dengan Lavrov di kementeriannya di Jakarta.

Topik ini dibahas seiring dengan rencana Indonesia menukar 11 jet tempur Sukhoi dari Rusia dengan hasil komoditas perkebunan utama Indonesia seperti minyak kelapa sawit, kopi, dan teh.

Kesepakatan perdagangan ini disepakati Moskow-Jakarta sekitar Kamis (3/8) lalu.

Dalam kesempatan berbeda, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, kesepakatan ini tertuang dalam penandatangan nota kesepahaman atau MoU antara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia, yakni PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) atau PII dengan BUMN Rusia, Rostec, pada lawatan Indonesia ke Rusia.

Dengan kesepakatan dagang ini, Indonesia diharapkan bisa meningkatkan volume ekspor hasil perkebunan Indonesia dan di saat bersamaan bisa menguatkan armada F-5 angkatan udara Indonesia.

Perjanjian dagang kedua negara ini dilakukan tak lama setelah Moskow mendapat sanksi ekonomi baru dari Eropa dan Amerika Serikat.

Enggar menekankan, ini merupakan saat yang tepat untuk memanfaatkan situasi guna memperluas pasar komoditas Indonesia.

Ini peluang yang tidak boleh hilang dari genggaman kita. Potensi hubungan ekonomi yang memanfaatkan situasi embargo dan kontra embargo ini melampaui isu-isu perdagangan dan investasi," papar Enggar, sekitar awal pekan ini, di Jakarta.

Selain membahas kesepakatan dagang, Retno menuturkan pertemuannya dengan Lavrov juga membahas rencana penguatan hubungan kedua negara menjadi mitra strategis.

Dengan kemitraan tersebut, Indonesia-Rusia tak hanya memperdalam kerja sama bidang ekonomi, sosial, budaya, dan politik tapi juga meningkatkan koordinasi kedua negara pada sejumlah bidang sensitif, termasuk keamanan dan pertahanan.

Di pertemuan itu, Lavrov juga menekankan bahwa Rusia akan terus mendorong upaya Indonesia memberantas terorisme di kawasan seiring dengan meningkatnya ancaman penyebaran ISIS di Asia khususnya Asia Tenggara, terutama dengan adanya gempuran kelompok militan Maute yang berbaiat pada ISIS di Marawi, Filipina. (les)

 Berikut video liputan CNN : 


  ✈️ CNN  

Friday, 4 August 2017

Indonesia Barter Komoditas dengan 11 Pesawat Sukhoi dari Rusia

Barter Kopi, Teh dan CPOPada pertemuan bilateral dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman imbal dagang antara perusahaan Indonesia dan Rusia [kemendag]

Pemerintah segera melakukan barter sejumlah komoditas nasional dengan 11 pesawat Sukhoi SU-35 dari Rusia.

Barter tersebut terealisasi seiring dengan ditekennya Memorandum of Understanding (MOU) antara BUMN Rusia, Rostec, dengan BUMN Indonesia, PT Perusahaan Perdagangan Indonesia.

Mengutip Kontan, Jumat (4/8/2017), pesawat Sukhoi dari hasil barter tersebut akan dipakai untuk menggantikan armada F-5.

Imbal dagang di bawah supervisi kedua pemerintah ini diharapkan dapat segera direalisasikan melalui pertukaran 11 Sukhoi SU-35 dengan sejumlah produk ekspor Indonesia mulai dari kopi dan teh hingga minyak kelapa sawit dan produk-produk industri strategis pertahanan,” kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, dalam keterangan resminya, Jumat.

Menteri Perdagangan berharap agar kesepakatan imbal dagang kali ini dapat disusul oleh kesepakatan serupa menyangkut produk atau sektor lain.

Kesempatan itu kini sangat terbuka karena Rusia menghadapi embargo perdagangan dari Amerika Serikat, Uni Eropa, serta sekutu-sekutunya terkait isu keamanan dan teritorial.

Sementara itu, Rusia membalas dengan mengenakan sanksi pembatasan impor dari negara-negara tersebut. Akibat embargo dan kontra embargo ini, Rusia memerlukan sumber alternatif untuk memenuhi kebutuhan pangan, termasuk buah-buahan tropis, serta produk esensial lainnya.

Ini peluang yang tidak boleh hilang dari genggaman kita. Potensi hubungan ekonomi yang memanfaatkan situasi embargo dan kontra embargo ini melampaui isu-isu perdagangan dan investasi yang biasa karena kita juga melihat peluang di bidang pariwisata, pertukaran pelajar, kerja sama energi, teknologi, kedirgantaraan, dan lainnya,” ujar Enggar.

Perdagangan bilateral antara Indonesia dan Rusia dapat dikatakan masih sangat rendah dibanding potensinya.

Pada tahun 2012 total perdagangan kedua negara hanya mencatat 3,4 miliar dollar AS dengan defisit di pihak Indonesia sebesar 1,6 miliar dollar AS.

Nilai perdagangan dan defisit yang sama dicatat pada tahun 2013 sebelum perdagangan bilateral menurun menjadi 2,6 miliar dollar AS pada tahun 2014 dan 1,9 miliar dollar AS pada tahun 2015 yang dibarengi perbaikan dalam posisi neraca bagi Indonesia.

Pada tahun 2015 Indonesia mulai mencatat surplus perdagangan senilai 1,1 juta dollar AS dengan Rusia dan meningkat menjadi 411 juta dollar AS pada tahun 2016.
 

  Kompas  

Monday, 31 July 2017

Pindad Segera Pasarkan Tank Medium Tahun Depan

★ Dengan Kaliber 105 Milimeter MMWT FNSS- Pindad  [FNSS] ★

PT Pindad (Persero) siap memasarkan produk tank medium dengan laras kaliber 105 Milimeter hasil kerja sama dengan perusahaan Turki FNSS mulai 2018 mendatang.

Tahun ini first article selesai, sehingga pada 2018 bisa mulai dipasarkan. Untuk sementara, pembahasan tentang pesanan ada dari TNI. Mereka sudah melakukan beberapa kali pembahasan. Mereka akan mengganti beberapa tank,” kata Direktur Utama PT Pindad Abraham Mose di Kawasan PT Pindad, Kota Bandung, Senin (31/7/2017).

Kendati demikian, dia mengaku belum ada kepastian jumlah tank yang akan dipesan TNI. Namun, sebagai gambaran, kapasitas produksi tank medium oleh PT Pindad antara 15-20 unit per tahun. Khusus untuk TNI, Pindad mengaku akan melakukan penyesuaian spesifikasi sesuai kebutuhan TNI.

Memang ada beberapa permintaan user yang belum bisa diakomodir karena masih pengembangan bersama. Tetapi setelah first article selesai, kami akan ubah ikuti permintaan TNI,” jelas dia.

Menurut dia, harga tank medium tersebut berada di bawah harga tank Leopard, namun setara dengan harga tank buatan Korea Selatan. Dengan harga tersebut, diharapkan bisa menyaingi pasar produk sejenis.

Abraham menjelaskan, tank medium tersebut memiliki sejumlah kelebihan. Salah satunya cocok untuk infanteri dan kavaleri. Tank dilengkapi dengan laras kaliber 105 mm buatan PT Pindad.

Mesin kita masih total beli dari luar negeri. Tapi kalau desain, part supporting, dan lainnya itu dari kami semua,” jelas dia. Total kandungan komponen lokal pada produk tersebut saat ini mencapai 40%. (pur)

  Sindonews  

Saturday, 29 July 2017

Indonesia to Deliver 2 PH Air Force Aircraft

✈ This Quarter ✈ PAF NC-212i aircraft [Detik]

The delivery of Philippine Air Force’s two NC-212i short takeoff and landing (STOL) medium transport aircraft ordered from Indonesia state-owned PT Dirgantara Indonesia-Indonesian Aerospace may take place this third quarter.

The Philippine government entered a contract with the said Indonesian firm for the supply of two NC-212 aircraft early 2014. Delivery was expected late 2015.

MaxDefense Philippines said delivery may take place next month. MaxDefense said “PTDI failed to deliver the aircraft on time due to issues between PTDI and the approved autopilot supplier, who was bought by another company and was said to have not honored its commitments to PTDI, which led to the delay and blacklisting of PTDI.

Blacklisting from Philippine government procurement board [is] coming to an end in 3 days,” MaxDefense said.

However, according to a credible source of Update Philippines, delivery may take place in September.

CASA C-212 Aviocar is a turboprop-powered STOL medium transport aircraft designed and built by CASA in Spain. Construcciones Aeronáuticas SA (CASA) became a subsidiary of European Aeronautic Defence and Space Company (EADS) in 1999 as EADS CASA, and in 2009 EADS CASA was absorbed by Airbus Military.

At present, C-212s are also being produced under licence by Indonesian Aerospace under NC-212 family.

  Update  

Sunday, 23 July 2017

Pemerintah Bisa Barter Minyak Afrika Selatan dengan Alutsista

Pesawat CN235 produk PT DI

P
emerintah Indonesia dan Afrika Selatan tengah membahas kerja sama perdagangan antar kedua negara dalam memperlancar realisasi ekspor. Kementerian Perdagangan akan memanfaatkan skema imbal dagang (counter trade) bagi produk yang pengelolaannya masih melibatkan peran antar pemerintah.

Selain penjajakan preferential trade agreement (PTA), pemerintah juga membantu dari segi government to government lewat skema imbal dagang, serta melalui perwakilan di luar negeri, baik ITPC maupun Atdag,” ujar Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita melalui siaran pers di Jakarta, Minggu (23/7).

Adapun beberapa produk yang akan dimanfaatkan untuk skema imbal dagang adalah energi (minyak dan gas) dari Afrika yang dapat dibarter dengan produk alutsista, transportasi, dan kelapa sawit dari Indonesia.

Peneliti Institute of Development Economics and Finance Eko Listiyanto menilai, bahwa konsep yang akan dilakukan tersebut bisa menguntungkan kedua pihak. Menurutnya, membuka pasar lewat Afsel adalah langkah yang tepat, karena Afsel adalah negara paling maju di Afrika.

Konsepnya sih pasti bagus itu ya, karena kan bisa menguntungkan kedua pihak kan harapannya. Kalau di Afrika ya memang yang paling maju itu Afrika Selatan,” ujar Eko.

Eko mengatakan, hal yang tidak boleh luput dari perhatian pemerintah yakni, bagaimana hal tersebut nanti dapat terlaksana sesuai dengan harapan, baik dari segi dagangnya, maupun segi investasi.

Yang harus dipikirkan adalah bagaimana cara mengimplementasikannya itu. Ketika kita menyodorkan model skema imbal dagang yang istilahnya fair trade, nanti bagaimana menindak lanjutinya dibawah, baik sifatnya dagang, maupun investasi, karena dua itu pasti terkait antara hubungan dagang dan hubungan investasi,” jelas Eko.

Eko menambahkan, jumlah investasi yang diberikan kepada suatu negara akan berbanding lurus dengan volume perdagangan yang dihasilkan. Bukan tidak mungkin, nantinya akan ada penerbangan langsung menuju ke Afsel akibat dari multiplier effectnya.

Misalkan, investasi ke Afrika Selatan semakin besar, biasanya juga nanti akan diikuti oleh volume perdagangan yang semakin besar juga. Dari situlah kemudian bisa menimbulkan aktivitas ekonomi sekunder, misalkan penerbangan kesana jadi ada, kaya gitu multiplier effectnya,” pungkasnya.

  Merdeka  

Thursday, 20 July 2017

Misi Mengejar Perdagangan Indonesia dan Afrika

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyKMe1nW2x-AxW5Bfkf7EHDkHrJ-0RzX9WMafq530rr_3uDLQK4ci9NDFPR033VjtUvwv-KBJrMkJH4pjifpkwKxPOBGw2FalWdkJrrV5WdjdDr6wzPn0Pudf6uWeD7KWAxayigt92pZM/s1600/Strategic+Sealift+Vessel+%2528SSV%2529+PT+PAL.jpgSSV, salah satu produk PT PAL Indonesia yang akan dipesan negara Afrika

Indonesia kian giat meningkatkan kerja sama perdagangan dengan Afrika. Lewat Misi Dagang ke Afrika Selatan dan Nigeria pada 20-26 Juli 2017 mendatang, Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita berharap dapat mempercepat terbentuknya Preferential Trade Agreement (PTA) agar dapat mendorong perdagangan yang seimbang dengan negara-negara di Afrika.

Bapak Presiden menekankan bahwa untuk membangun bersama Afrika harus dilakukan tanpa merusak Afrika. Oleh karena itu, Kemendag mendorong kerja sama bilateral yang seimbang dengan Afrika sehingga akses arus barang ekspor Indonesia ke pasar negara-negara di Afrika juga akan lebih lancar,” ujar Enggar di Jakarta seperti dilansir laman resmi Kemendag.

Menurutnya negara-negara di dunia telah mempraktikkan perdagangan bebas, namun tetap melindungi produk dalam negeri mereka dengan membatasi masuknya produk asing. “Kemendag telah melakukan kajian komprehensif sehingga bisa menetapkan hal-hal yang masuk dalam daftar penawaran dan daftar permintaan yang dituangkan dalam PTA,” jelasnya.

Dengan populasi penduduk mencapai lebih dari 60 juta, pasar Afrika dinilai begitu menjanjikan. Selain itu, baik Afrika Selatan maupun Nigeria adalah pintu gerbang untuk mengakses pasar Afrika. Afrika Selatan dengan Southern African Customs Union (SACU), sementara Nigeria dengan Economic Community of West African States (Ecowas).

Selain menjajaki kerja sama bilateral, Misi Dagang Afrika juga memboyong 21 perusahaan Indonesia, di antaranya dari sektor produk agrikultur, otomotif, kopi, minyak mentah, konstruksi, pengolahan makanan, furnitur, produk minyak sawit, kertas, bumbu/rembah, sepatu, tekstil, bahan bangunan, produk ternak, dan keuangan. Para pelaku usaha Indonesia bakal menjajaki pasar Afrika lewat forum bisnis dan one-on-one business matching, studi banding dan kunjungan pasar, sehingga lebih fokus dan terarah dalam mencari mitra dagang atau peluang bisnis.

Guna mendorong terjadinya realisasi ekspor antara peserta misi dagang dengan pelaku usaha di negara tujuan misi dagang, Pemerintah juga akan memanfaatkan skema imbal dagang (counter trade) bagi produk-produk tertentu yang pengelolaannya masih melibatkan peran antarpemerintah, misalnya produk energi (minyak dan gas) dari Afrika yang dapat dibarter dengan produk alutsista, transportasi, dan kelapa sawit Indonesia.

Afrika bukan lagi termasuk kawasan yang bisa dipandang sebelah mata. Pertumbuhan ekonomi di Afrika tinggi dan diiringi tingkat inflasi yang tinggi. Para pelaku usaha perlu datang dan melihat langsung bagaimana prospek bisnis di Afrika. Selain penjajakan PTA, pemerintah juga membantu dari segi government to government lewat skema imbal dagang, serta melalui perwakilan di luar negeri, baik ITPC maupun Atdag,” tandas Mendag.

Sekilas Perdagangan Indonesia-Afrika Selatan & Indonesia-Nigeria Afrika Selatan merupakan negara tujuan ekspor Indonesia ke-32, dan menjadi negara tujuan ekspor pertama di negara Afrika. Total perdagangan kedua negara mencapai lebih dari USD 1 miliar di tahun 2016, dengan nilai ekspor Indonesia mencapai USD 727,8 juta dan impor senilai USD 290,8 juta.

Hal ini memberikan surplus bagi Indonesia senilai USD437 juta. Pasar Afrika Selatan merupakan salah satu target dan tujuan utama ekspor Indonesia yang diharapkan meningkat ke depannya. Produk ekspor Indonesia ke Afrika Selatan antara lain kelapa sawit, karet, otomotif produk, bahan kimia, sepatu, dan kakao. Sementara produk impor Indonesia dari Afrika Selatan adalah bubuk kayu, alumunium, buah-buahan, dan tembaga.

Indonesia merupakan negara pemasok ke-18 ke Nigeria atau urutan ke-2 dari ASEAN, setelah Malaysia. Nigeria adalah salah satu mitra dagang penting bagi Indonesia di Afrika. Pada 2016, total perdagangan antara kedua negara mencapai USD1,6 miliar, dengan nilai ekspor mencapai USD310,8 juta dan nilai impor USD 1,28 miliar.

Defisit bagi Indonesia sebagian besar Berasal dari impor minyak dan gas. Meskipun demikian, Indonesia mengalami surplus USD 302,72 juta pada perdagangan nonmigas. Produk ekspor nonmigas Indonesia ke Nigeria antara lain kertas, kelapa sawit,dan turunannya seperti halnya ekspor utama negara-negara Asia Tenggara ke Afrika yaitu antara lain obat-obatan dan bumbu-bumbu. (akr)

  sindonews  

Monday, 17 July 2017

UAE Ingin Investasi Sektor Penerbangan Indonesia

Foto ilustrasi Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali yang menjadi salah satu pintu masuk bagi wisatawan mancanegara ke Indonesia. Bisnis penerbangan di Indonesia termasuk yang diminati kalangan pengusaha dari Uni Arab Emirat (UAE). [ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana]

Uni Arab Emirat (UAE) ingin berinvestasi pada sektor penerbangan di Indonesia atau berencana menambahkan jadwal penerbangan menuju UAE maupun sebaliknya.

"Indonesia negara besar, masyarakatnya banyak, sehingga menjadi target yang menguntungkan untuk investasi. Bahkan salah satu lalu lintas penerbangan terpadat dalam sehari adalah penerbangan menuju Indonesia atau sebaliknya," kata Asisten Sekretaris Umum Kamar Dagang dan Industri UAE Mohamed Al Nuaimi, di Jakarta, Senin (17/7).

Ia mengatakan, jika pada waktu tertentu penerbangan dari Indonesia bisa mencapai enam kali sehari menunjukkan animo masyarakat Indonesia dapat menjadi investasi yang potensial.

Investasi sektor penerbangan secara detail belum disebutkan secara pasti, namun ia mengemukakan, bisa jadi pihaknya mengembangkan kerja sama dalam penambahan armada pesawat, penambahan maskapai penerbangan, bahkan pembangunan bandar udara ke Indonesia.

Menurut Nuaimi konsep investasi itu masih bersifat terbuka, sehingga industri yang lebih terinci dapat dibicarakan lebih lanjut.

"Sektor penerbangan pasti juga akan berpengaruh pada pariwisata, dan pasti akan meningkatkan jumlah kunjungan turis mancanegara. Yang jelas, investasi ini harus sama-sama menguntungkan, kami siapkan dana berapa saja yang dibutuhkan," katanya.

Kamar Dagang dan Industri UAE, dinyatakannya, bahkan siap memberikan investasi senilai 2 miliar dolar Amerika Serikat (AS) tiap proyek di Indonesia demi keuntungan kedua negara.

"Asalkan proyek tersebut jelas dan berjangka panjang, investasi senilai 2 miliar dolar AS bukanlah masalah bagi kami, kalau perlu lebih," katanya.

Nuaimi menilai Indonesia adalah negara yang besar, dan memiliki banyak sekali potensi yang bisa digali untuk kebaikan kedua negara.

Ia menilai Pemerintah Indonesia juga telah bekerja secara baik untuk mendatangkan sekaligus memfasilitasi para investor dari luar negeri. Beberapa sektor yang diminati, antara lain perdagangan, energi dan sumber daya mineral, pariwisata dan lalu lintas udara.

"Untuk sektor energi, kami sudah memulainya, terutama di sektor energi terbarukan, seperti pembangunan pembangkit tenaga angin dan surya," kata Nuaimi.

Dia menjelaskan sistem investasi bersifat terbuka, artinya tidak hanya kepada Pemerintah Indonesia, namun juga industri swasta lokal yang memungkinkan untuk dikerjakan bersama.

Asalkan ide yang disampaikan visioner dan realistis, maka UEA akan mendukung program tersebut dengan berbagai cara, salah satunya melalui suntikan dana besar, demikian Mohamed Al Nuaimi.

  ⚓ antara  

Thursday, 13 July 2017

PAL Indonesia Bakal Sibuk Beberapa Tahun Ini

✬ Negara Afrika juga turut memesan produk PT PAL Indonesia SSV PAL Indonesia [PAL]

Menurut media okezone, Selain Asia Tenggara, Budiman menambahkan, pasar Afrika juga mulai disasar. Dia menyebut negara seperti Senegal sudah mulai memesan kapal dari Tanah Air.

"Saya gunakan jalur-jalur yang sama seperti yang dilakukan di PT Dirgantara Indonesia. Itu dilakukan Senegal pesan satu LPD, dua KCR 45 meter, tambah tiga KCR 60 meter. Kemudian Guinea dua KCR 60 meter dan Gabon dua KCR 60 meter," tukasnya.

Bila semua jadi dibuat, akan banyak LPD/SSV dan KCR produk PAL yang mendunia ...

 Berikut list yang diberitakan media : 

Buat TNI AL 2 LPD + KCR 60
4 Kapal pembangkit Listrik
2 SSV, 1 SSV Hospital dan 2 KCR 60 buat Filipina
1 LPD, 3 KCR 60 dan 2 KCR 45 buat Senegal
2 KCR 60 buat Gabon
2 KCR 60 buat Guinea
Malaysia minati MRSS 163 m

  ⚓ Garuda Militer  

Saturday, 8 July 2017

Kemitraan Industri Strategis yang Berbeda ala Turki

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAHcDpp3lCe2qvzwUsl28SADCmb80RgnHoXLvNpZi5sFqNGkgQkdkdFNT7MI31l3O2114a0S-Pe0GTte8RrfDUx2nBr5Nh35rJ6WLXT3V8C4voE3GxXmKn4_Z6oO9hV3JO87Ohrdi5_yUM/s1600/U-212A-submarine.jpgKapal selam U214

Di mata Indonesia, Turki adalah cara baru dalam memandang sebuah pengembangan konsep kerjasama bilateral. Bagaimana tidak, negara yang berada tepat di perlintasan Eropa dan Asia itu selalu memiliki cara dalam mengembangkan ekonominya.

Ankara misalnya, sebagai ibu kota ia sama sekali tak sesubur tanah Jawa di Indonesia yang kaya dengan gunung vulkanik aktif, sementara Ankara lebih mirip sebagai stepa dengan rumput kering dan tanah yang tandus.

Namun, toh sebagai ibu kota sebuah negara yang pernah dikuasai Dinasti Ottoman itu, Ankara adalah pusat pemerintahan sekaligus kota bisnis yang sangat nyaman bagi investor asing.

Konsep-konsep kerja sama yang berbeda itulah yang coba untuk ditawarkan kepada Indonesia, mengingat hubungan kedua negara memiliki cerita kesejarahan yang amat panjang.

Bahkan Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi pun setuju bahwa ada banyak hal yang membedakan kerja sama ekonomi dengan Turki.

"Yang membedakan kerja sama-kerja sama industri strategis antara Indonesia dengan Turki adalah dengan Turki kita sudah mampu melakukan kerja sama yang sifatnya 'joint development' dan 'joint production'," tutur Retno.

Turki rupanya tak mau sebuah kemitraan yang sekadar pepesan kosong melainkan konsep kerja sama yang konkret dan berwujud nyata.

http://cdn2.tstatic.net/medan/foto/bank/images/kapal-pembangkit-listrik_20170521_200804.jpgKapal pemasok listrik Turki [Tribunnews]

Sederet kemitraan khususnya di bidang industri strategis pun sudah mulai terealisasi secara konkret, lihat saja dalam hal pengembangan power ship atau kapal pemasok listrik antara PT PAL dengan Karadeniz Holding yang sudah membangun 4 "power ship" pertamanya dengan kapasitas 36-80 MW.

Kerja sama ini memungkinkan terpenuhi pasokan listrik di wilayah-wilayah byar pet di Tanah Air.

Lebih jauh, dengan Turki, Indonesia juga sudah memiliki agreement on defense industry cooperation sejak 2010.

"Dan pada saat 2015 kita sudah ada kerja sama komunikasi pertahanan software defense radio hv 9661 antara PT LEN dan Aselsan Turkish, ini adalah untuk memenuhi kebutuhan peralatan komunikasi terutama di wilayah-wilayah perbatasan," ujar Menlu Retno.

Ada juga kerja sama antara PT Pindad dengan FNSS untuk kerja sama joint development dan production untuk "medium weight armor combat vehicle" dengan kapasitas 30 ton.

Sebuah tank tempur skala menengah yang sudah mulai dikerjakan kedua perusahaan, bahkan telah diluncurkan pada Mei 2017. Prototipenya kelak akan didemonstrasikan pada saat HUT TNI pada 2017 nanti.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEje6rTF7jOtaGJoeMEF21XdTaGIx2X0L6RoaIpSeE5_xIRkM8Dd9PyRno4oo71XETpdFBxFbkard_NOY_JtyJpjSZpoBPO1pby35xWf0g4lhysE0KQtwmzQESUshTOkawuXyD3sG6qiJBZR/s1600/2058574_20170510032351kot.jpgKaplan MT [FNSS]

Kemitraan Konkret Turki tak ingin berlama-lama dengan sebuah dokumen tanpa kerja nyata. Negara yang sempat mengalami revolusi paling bersejarah pada masa pemerintahan Mustafa Kemal Ataturk itu benar-benar mengagungkan kemitraan yang konkret.

Tak melulu sederet yang dikembangkan di Indonesia, kerjasama joint development antara PT Dirgantara Indonesia dengan Turkish Aerospace Industries untuk pengembangan pesawat CN generasi terbaru menambah daftar panjang yang membuktikan betapa nyatanya kerjasama yang ingin Turki wujudkan.

Bahkan selain pengembangan pesawat untuk CN 245, dua perusahaan yang bermitra itu juga sedang memulai pengembangan pesawat nirawak alias drone kelas medium altitude long endurance untuk kepentingan patroli di wilayah perbatasan.

"Jadi dari data tadi ada beberapa kerja sama yang dilakukan dengan Turki tampak sekali bahwa kita cukup maju untuk kerja sama industri strategis dengan Turki dan kita sudah banyak melakukan kerja sama untuk development dan production," papar Menlu Retno.

Tak berhenti di situ, Turki bahkan menginginkan kerjasama dikembangkan lebih jauh hingga menjangkau ke level pemasaran.

Misalnya, saja untuk produk-produk industri strategis yang dihasilkan dari kemitraan perusahaan dari dua negara, Turki menyatakan berkomitmen untuk memasarkannya di wilayah Timur Tengah dan Eropa. Sementara Indonesia diharapkan memegang pasar untuk wilayah Asia Pasifik khususnya kawasan ASEAN.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita pun turut membenarkan bahwa potensi perdagangan sektor industri strategis Indonesia-Turki sangat besar dalam beberapa tahun terakhir ini.

"Saya juga surprise, mereka ternyata 'advance' untuk industri strategis. Saya yakin pesawat F35 milik Amerika dan pesawat serupa yang dikembangkan oleh Turki tidak kalah teknologinya," ucap Enggartiasto.

Oleh karena itulah, peluang itu akan digarapnya dalam sebuah kerja sama di bidang alutsista untuk meningkatkan volume perdagangan dua negara.

Ingin Akselerasi Turki menjadi bukti betapa sebuah kerja sama atau kemitraan bukan sekadar sesuatu yang menjadi bahan bahasan di meja diplomasi. Melainkan diwujudkan dalam hal yang riil di lapangan.

Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P. Roeslani sendiri misalnya melihat Turki sebagai peluang pengembangan pasar dan sumber investor yang besar dalam berbagai bidang.

Hanya saja ia meminta perlunya bagi Pemerintah RI untuk mulai menghapus hambatan perdagangan termasuk tarif atau bea masuk sejumlah komuditas strategis antara kedua negara.

http://www.offiziere.ch/wp-content/uploads-001/2015/10/TAI-Anka.pngUAV TAI Anka

"Sebagian besar masalah soal harmonisasi kebijakan. Untuk pelaku usaha Turki sendiri kami melihat mereka cukup puas dengan beberapa investasi di Indonesia tapi mereka ingin akselerasinya lebih cepat," kata Rosan.

Serupa disampaikan Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan yang ingin meningkatkan volume perdagangan antara kedua negara secara konkret.

"Pada 2016 naik menjadi 6 miliar dolar, angka baik tapi tak cukup memadai karena kita mempunyai potensi besar. Kita telah memliki target untuk memiliki volume perdagangan 10 miliar dolar AS," kata Erdogan.

Barangkali Turki memiliki banyak kesamaan dengan Presiden Joko Widodo yang selalu ingin sebuah kerja nyata.

Wajar jika kunjungan kenegaraan Presiden Jokowi ke Turki menjadi harapan yang amat besar khususnya bagi sebagian pelaku industri strategis untuk bisa mewujudkan rencana besarnya dalam mengkontribusikan kinerjanya bagi perekonomian Indonesia. (rzy)

  Okezone  

Friday, 7 July 2017

Proyek Pengadaan Pesawat N-245 dan R80 Butuhkan Investasi Rp 20 T

✈ N245  [PTDI]

Pemerintah menambahkan program pengembangan industri pesawat ke dalam proyek strategis nasional.

Perusahaan aviasi pelat merah PT Dirgantara Indonesia bakal memproduksi pesawat jenis N-245, sedangkan perusahaan milik BJ Habibie PT Regio Aviasi Industri bakal menggarap produksi pesawat jenis R80.

Memang sampai sekarang belum financial close, tetapi kebutuhan pendanaan keduanya sekitar Rp 20 triliun,” ujar Deputi Bidang Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kemenko Perekonomian Wahyu Utomo di Jakarta, Kamis (6/7).

Dirgantara dan RAI bakal menjaring investor dalam proyek pengembangan pesawat itu. “Meskipun masuk ke dalam proyek strategis nasional, pemerintah tidak berikan jaminan apapun. Pendanaannya sepenuhnya pure dari swasta, mereka boleh joint dengan beberapa perusahaan lain,” ujar Wahyu.

Menurutnya, kedua perusahaan tengah mencari investor dan calon pembeli kedua jenis pesawat pengangkut tersebut. Kedua perusahaan penanggungjawab proyek itu diharapkan bukan hanya memenuhi permintaan pesawat dalam negeri, tapi juga untuk pasar ekspor.

Dirgantara bakal membuat pesawat jenis N-245 di fasilitas produksinya di Bandung. Adapun RAI bakal memproduksi R80 di Kertajati. Kedua pabrikan juga didorong bukan hanya menggeluti proses perakitan, tapi juga sampai ke industri perawatan mesin pesawat (maintenance repair overhaul/MRO).

Dirgantara belum mengestimasi mau produksi berapa unit N-245. Tapi, RAI sudah menargetkan minimal produksi 160 unit R80, di angka itu dia baru break even,” ujar dia.

Pemerintah berharap Indonesia dapat memproduksi pesawat secara berkelanjutan dengan masuknya program pengembangan industri pesawat di dalam proyek strategis nasional. Dua produk pesawat yang masuk ke dalam proyek strategis nasional yakni N-245 dan R80 merupakan dua model pesawat jarak menengah.

  Bisnis  

Wednesday, 14 June 2017

Pembelian Sukhoi Ada di Tangan Kemendag

✈ Pasti terlaksana dengan 50% imbal dagang https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhz55xKY6IUphptTasgRfQyjscZx-eCAY9kEOB44bYYMB-OpBLdg8SOx0SAhPhyphenhyphenTs2TpTNJ8qNniS5r-PsnozHW_kDYwmdZSuHHrTtbaJ9M-CsVZMuie4DUbfjMX_88aT7zSLEcT5XIe0Q/s1600/A-Sukhoi-SU-35-takes-off-during-a-flying-display-one-day-before-the-50th-Paris-Airshow.jpgSu35 Rusia

Pembelian pesawat tempur Sukhoi SU 35, pasti terlaksana menurut Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu.

Ia memastikan pesawat tempur generasi 4 sebanyak sepuluh unit itu, pasti datang ke Indonesia. "Dari dua tahun lalu saya sudah nego(siasi) itu, sudah (pasti datang)," ujarnya kepada wartawan di kantor Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Kemanan (Kemenkopolhukam), Jakarta Pusat, Senin (12/6/2017).

Kapan sepuluh unit pesawat tempur buatan Russia itu akan tiba di tanah air, ia menyebut hal itu ada di tangan Kementerian Perdagangan (Kemendag), yang ikut menangani pembelian Sukhoi SU 35.

"Itu urusan Kementerian Perdagangan, saya minta beli, kemudian 'G to G' (Goverment to Goverment), tidak ada calon, kemudian ada lima puluh persen imbal dagang," ujarnya.

Selain itu, perjanjian antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Russia terkait pembelian pesawat tempur yang mampu melakukan manuver Pugachev Cobra itu, adalah pembangunan suku cadang pesawat tempur di Indonesia.

"Mereka akan buat pabrik di sini untuk suku cadang, jadi nggak usah bawa-bawa ke Russia, mahal itu. Jadi nanti yang punya (pesawat) Sukhoi seperti Malaysia, perbaikannya sama kita (saja)," ujarnya.

  Tribunnews  

Saturday, 10 June 2017

Banyak Potensi Kerja Sama dengan Polandia

Mulai dari industri militer hingga minyak sawit.Ilustrasi radar buatan Polandia [defence24]

Polandia disebut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan, punya banyak potensi kerja sama untuk dikembangkan dengan Indonesia, mulai dari industri militer hingga minyak sawit.

Industri strategis Indonesia seperti PT PAL dan PT Pindad dapat mengembangkan kerja sama dengan Polandia. Selain itu teknologi radar militer Indonesia juga dapat dikembangkan melalui kerja sama antara ITB dan Pit-Radwar Polandia,” ucap Luhut pada saat kunjungannya ke Polandia dari tanggal 8-10 Juni 2017.

Luhut juga menyebut industri minyak kelapa sawit bisa bekerja sama dengan Polandia sehingga bisa menembus pasar Eropa.

Di Polandia, Luhut bertemu Wakil Menteri Pertahanan Polandia, Bartosz Kownacki, di Wisma Duta RI Warsawa. Pertemuan dilanjutkan dengan Wakil Perdana Menteri Polandia yang juga menjabat sebagai Menteri Pembangunan dan Keuangan, Mateusz Morawiecki.

Beberapa hal yang diangkat pada pertemuan tersebut antara lain penerbangan langsung Indonesia-Polandia dengan menggunakan Garuda Indonesia dan maskapai nasional Polandia, LOT Polish Airlines, permintaan dukungan Polandia atas nominasi Dubes Arif Havas Oegroseno menjadi calon hakim Pengadilan Laut Internasional periode 2017-2026 dan potensi kerja sama di bidang pendidikan tinggi antara kedua negara.

Selain itu juga dibahas kemungkinan kerja sama di bidang pengolahan sampah jadi energi (waste to energy).

Luhut juga menyampaikan bahwa Indonesia dan Polandia melalui perusahaan Rafako, akan bekerja sama di bidang energi dalam penyediaan listrik sebanyak 100 megawatt di daerah Lombok, Indonesia.

Menteri Morawiecki menyambut baik kerja sama itu dan berharap akan ada proyek-proyek lanjutan antara Indonesia dan Polandia di masa mendatang.

Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Fadel Muhammad juga menyebut hal senada dengan Luhut di pertemuan tersebut.

Merupakan tugas KBRI Warsawa untuk mempromosikan potensi kerja sama dengan Polandia kepada pihak-pihak di Indonesia, sehingga dapat menimbulkan manfaat untuk kedua negara” ungkap mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia tersebut.

Di hari yang sama, Menteri Luhut juga menghadiri acara penyerahan alat musik Kolintang dari KBRI Warsawa kepada Pemerintah Polandia melalui Museum Asia Pasifik.

Indonesia merupakan negara yang beragam dan terdiri dari berbagai suku, agama dan budaya, termasuk alat musik tradisional. Kolintang merupakan alat musik yang berasal dari Sulawesi Utara dan memiliki perbedaan dengan Gamelan yang berasal dari Jawa.” ujar Dubes RI Warsawa Peter F. Gontha pada pembukaan kegiatan tersebut.

Dia juga menekankan pentingnya kerja sama di bidang sosial budaya antara kedua negara.

Para hadirin kemudian disuguhi pertunjukan Kolintang yang membawakan lagu Rayuan Pulau Kelapa, Bengawan Solo serta lagu Polandia W Moim Ogrodzie dan beberapa lagu lainnya. (vws)

   CNN