Showing posts with label UAV. Show all posts
Showing posts with label UAV. Show all posts

Thursday, 7 September 2017

Turki Tawarkan Kerja Sama Pembuatan Kapal Selam dan Pesawat Tanpa Awak

Termasuk Control Systemnya Anka MALE UAV buatan TAI Turki [Quwa] 

Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan Soetrimo bertemu dengan Wakil Menteri Pertahanan Turki Ismail Demir di Kementerian Pertahanan, Jakarta Pusat, Rabu (6/9/2017).

Pertemuan bertajuk The 6th Defence Industry Cooperation Meeting itu membahas mengenai kerja sama antara Indonesia dan Turki di bidang industri pertahanan.

Soetrimo mengatakan, dalam pertemuan tersebut Pemerintah Turki menawarkan kerja sama pembuatan kapal selam dan unmanned aerial vehicle (UAV) atau pesawat terbang tanpa awak.

"Pada pertemuan tadi Turki menawarkan kerja sama pembuatan kapal selam 214 kemudian juga menawarkan UAV kelas MALE dan control system," ujar Soetrimo saat ditemui usai pertemuan.

Menurut Soetrimo, pemerintah Turki berkomitmen untuk membantu Indonesia dalam mengembangkan industri pertahanan agar mandiri. Pemerintah Turki, kata Soetrimo, bersedia membantu pembuatan kapal selam hingga industri pertahanan Indonesia mampu memproduksinya sendiri.

"Mereka akan membantu sampai menguasai kita menguasai betul (pembuatan kapal selam) kemudian control system-nya juga," ucapnya.

Soetrimo menuturkan hasil pertemuan tersebut akan dilaporkan ke Menteri Pertahanan untuk dikaji bersama pemangku kepentingan lainnya. Selain itu, tawaran kerja sama dari pihak Turki akan juga dilaporkan ke DPR untuk meminta dukungan dan persetujuan.

https://i.ytimg.com/vi/qVMrWP98M54/maxresdefault.jpgControl systems UAV Anka [youtube]

"Nanti akan kami laporkan kepada pimpinan untuk dikoordinasikan kepada seluruh stakeholder masuk juga kepada parlemen dan pimpinan tertinggi. Kami akan kaji tawaran itu dan ke parlemen supaya mendapat dukungan soal budget agar kerja sama dengan Turki bisa diperluas," kata Soetrimo.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Menteri Pertahanan Turki Ismail Demir berharap kerja sama dengan Indonesia bisa terus diperluas dan diperkuat. Hal tersebut, kata dia, akan memperkuat hubungan bilateral kedua negara yang semakin baik.

"Kami harap kerja sama ini bisa berlanjut lebih jauh. Besok juga akan ada pertemuan dengan pelaku industri untuk menentikan langkah apa yang akan diambil selanjutnya," ujar Ismail.

Seperti dikutip dari keterangan pers Kementerian Pertahanan, Indonesia memandang Turki sebagai partner yang sangat penting. Pertemuan tersebut menunjukkan peran Turki sebagai partner strategis Indonesia sangat besar.

Pada pameran industri pertahanan IDEF 2016 di Istanbul, Indonesia dan Turki meluncurkan Medium Tank Kaplan, hasil kerja sama PT Pindad dengan FNSS. Kerja sama antara Indonesia dan Turki semakin kuat setelah kunjungan Presiden Turki ke Indonesia pada 2011 dan 2015.

Pada kunjungan Presiden Joko Widodo ke Ankara, kedua negara sepakat untuk meningkatkan kerja sama di bidang kedirgantaraan dan alat komunikasi.

Saat ini, Kementerian Pertahanan RI dan Kementerian Pertahanan Turki sedang menjajaki penyusunan Defence Cooperation Agreement (DCA) sebagai payung hukum kerja sama pertahanan.

Pihak Indonesia sudah mengirimkan draf DCA tersebut dan tinggal menunggu persetujuan dari pihak Turki.

  Kompas  

Tuesday, 22 August 2017

TNI AU Butuh 11 Satuan Drone MALE

✈️ Tahun 2022 Indonesia akan Punya Drone Canggih Buatan Dalam Negeri✈️ Ilustrasi UAV Anka, Dalam kajian BPPT, TNI AU membutuhkan 11 pangkalan drone, dimana setiap pangkalan terdiri dari 3 unit done MALE [cio]

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menargetkan Indonesia memiliki pesawat nir awak atau drone mata-mata ketahanan tinggi buatan dalam negeri pada 2022. Hal tersebut sesuai dengan target Program Pengembangan Drone Medium Altitude Long Endurance (MALE) Nasional yang saat ini sedang dikembangkan.

"Kita harapkan mulai 2020-2022 proses sertifikasi. termasuk uji terbang. Diharapkan 2022 bisa produksi," ucap Wahyu Widodo Pandoe, Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa BPPT saat ditemui di Gedung BPPT pada Senin, 21 Agustus 2017.

Program pengembangan Drone MALE ini akan dilakukan sepenuhnya oleh putra-putri Indonesia dan dilakukan di dalam negeri dengan segala sumberdaya yang ada. Untuk merealisasikannya, BPPT membentuk konsorsium dengan Kementerian Pertahanan dan TNI AU sebagai pengguna, ITB sebagai mitra perguruan tinggi, PT Dirgantara Indonesia sebagai mitra industri pembuatan pesawat, serta PT LEN Persero yang akan mengembangkan sistem kendali dan muatan.

Drone MALE ini akan memiliki jangkauan jelajah operasi 5000 kilometer non-stop dengan ketahanan terbang tinggi selama 24 jam, siang dan malam. Dengan kemampuan tersebut, Drone MALE akan digunakan untuk membantu Kementerian Pertahanan. Wahyu mengatakan drone MALE bisa dimanfaatkan oleh TNI Angkatan Udara untuk menjaga pertahanan dan keamanan negara.

Berdasarkan kajian awal BPPT, TNI AU membutuhkan 33 drone untuk menjaga pertahanan negara. Diperkirakan satu pangkalan drone membutuhkan 3 unit drone yang terdiri atas 1 unit operasional, 1 unit standby, dan 1 unit perawatan. Ditargetkan Indonesia memiliki 11 pangkalan drone untuk melakukan kegiatan mata-mata mengawasi udara di perbatasan Indonesia.

Program pengembangan drone MALE tengah dalam tahap Proof of Concept (PoC). Pada 2018 drone MALE akan memasuki tahap manufacturing prototype termasuk pengadaan komponen flight control system, dan memasuki uji terbang pada tahun 2019. Proses kegiatan pada tahun 2018-2019 tersebut rencananya akan dibiayai oleh BPPT dan Kementerian Pertahanan.

Program pengembangan Drone MALE sebenarnya sudah mulai dikembangkan sejak 2015. Pada tahun itu drone MALE berada pada tahap desain dan masuk tahap preliminary design pada 2016.

Total proses pengembangan drone MALE membutuhkan tujuh tahun hingga dapat digunakan pada 2022.

Wahyu mengatakan bahwa waktu proses drone tersebut wajar, dan tidak tergolong lama. "Desain memang butuh panjang, tidak bisa setahun," ujarnya. "Waktu kita sebetulnya luar biasa cepat jika dibandingkan dengan negara lain, misalnya Turki yang sampai 9 tahun."

  ✈️ Tempo  

Monday, 21 August 2017

Indonesia Membutuhkan 33 Drone MALE

Untuk Tingkatkan Keamanan NegaraDrone MALE Anka

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tengah mengembangkan drone berjenis Medium Altitude Long Endurance (MALE) untuk kepentingan pertahanan. Penggunaan drone ini dinilai lebih efisien dan ekonomis untuk mengawasi ruang udara Indonesia yang luas.

Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa BPPT, Wahyu Widodo Pandoe mengatakan setidaknya dibutuhkan 33 unit drone MALE untuk meningkatkan keamanan negara. Terutama di daerah-daerah perbatasan karena wilayah Indonesia sangat luas.

"Kajian awal BPPT, suatu pangkalan memerlukan tiga unit drone, satu unit yang operasional, satu unit standby, serta satu unit lainnya untuk perawatan. Tiga drone itu dikalikan sebelas pangkalan yang dibutuhkan untuk mengamankan wilayah Indonesia. Jadi jumlahnya 33 unit," ujar Wahyu di Gedung BPPT, Jalan M.H Thamrin, Jakarta Pusat, Senin 21 Agustus 2017.

Wahyu mengatakan drone MALE sangat eknomis dan minimal risiko menimbulkan korban jiwa karena mampu mengudara hingga ketinggian di atas 10 ribu kaki tanpa awak. Drone MALE juga memiliki ketahanan operasi yang panjang (long endurance) hingga 24 jam sekali terbang.

"Drone MALE nantinya sangat bermanfaat untuk meningkatkan keamanan negara, termasuk wilayah perbatasan, wilayah darat, laut, maupun udara yang rawan terjadi gangguan kejahatan seperti pencurian sumber daya laut, penyelundupan narkoba, dan kejahatan transnasional lainnya," terang Wahyu.

Saat ini BPPT tengah mengembangkan teknologi drone MALE buatan dalam negeri. BPPT menggandeng sejumlah pihak, di antaranya Kementerian Pertahanan, TNI AU, ITB, PT Dirgantara Indonesia, serta PT LEN Persero dalam sebuah perjanjian kerja sama konsorsium untuk mengembangkan teknologi tersebut.

Diharapkan, drone MALE buatan Indonesia akan diujicoba pada tahun 2019, serta masuk tahap sertifikasi pada tahun 2020-2022. Sehingga drone MALE made in Indonesia ini sudah bisa diproduksi pada 2022 mendatang.
 

  Metrotv  

Sunday, 20 August 2017

Indonesia Kembangkan Drone MALE

Untuk Pantau PerbatasanUAV Sriti

Indonesia mengembangkan pesawat tanpa awak (drone) Medium Altitude Long Endurance (MALE) untuk mengawasi kawasan perbatasan. Pengembangan telah dimulai tahun 2015 dan ditargetkan bisa memasuki tahap produksi pada 2022.

Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Wahyu Pandoe mengungkapkan, pengembangan drone bertujuan mengurangi ketergantungan alat pengawasan pada produk luar negeri. “Selama ini ketergantungan kita tinggi,” katanya.

Pengembangan akan dilakukan lewat kerjasama antara BPPT, Kementerian Pertahanan, PT Dirgantara Indonesia, PT Len Industri, dan Institut Teknologi Bandung. Total biaya proyek drone tersebut mencapai Rp 90 miliar, berasal dari BPPT dan Kemenhan.

Dibanding dengan drone Alap-alap dan Sriti yang telah dikembangkan sebelumnya, MALE punya kelebihan. “Ini bisa terbang 24 jam hingga ketinggian lebih dari 15.000 kaki,” kata Bona P Fitrikananda, Manager Program Pesawat Terbang Tanpa Awak di PT Dirgantara Indonesia.

MALE bakal dirancang untuk mampu membawa muatan hingga 300 kg. sejumlah sensor dan perangkat yang bakal dipasang nantinya adalah kamera, sensor inframerah, Synthetic Aperture Radar (SAR), signal dan electronic intelligent.

Kita harapkan pemantauan kawasan perbatasan nanti bisa tercover. Dengan inferamerah kita bisa melihat apa yang terjadi di bawah. Katakanlah ada oknum yang bersembunyi, nanti bisa terlihat” ujar Bona dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (21/8/2017).

Ditargetkan, nantinya akan ada 11 pangkalan untuk mengontrol drone MALE, tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Bona mengatakan, saat tiba fase produksi nanti, Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) mencapai 75-80 persen.
 

  Kompas  

Sunday, 13 August 2017

Drone Rajawali dan Impian Menyaingi Predator

UAV Rajawali 720 [Nita/detikcom] ★

Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pertahanan dan PT Bhinneka Dwi Persada terus mengembangkan drone Rajawali. Ke depannya, kecanggihan drone akan ditingkatkan dan bisa setara dengan Predator asal Amerika Serikat.

Saat ini drone Rajawali besutan PT Bhinneka Dwi Persada hadir sebagai bentuk kemandirian industri pertahanan dalam negeri. Rajawali 330 pun sudah beroperasi memantau wilayah perbatasan dan perairan Indonesia. Sementara itu, Rajawali 350 dan 720 masih berbentuk prototipe dan terus diuji coba.

"Tahun lalu kita buat prototipe kedua (Rajawali 720) dengan Balitbang Kemenhan. Tahun ini rencananya kita akan buat first article untuk di mass production," ujar Palma Henfibiant Putra, Dirut PT Bhinneka Dwi Persada di Kementerian Pertahan, Jakarta Pusat.

Rencananya, drone Rajawali akan terus dikembangkan. Salah satunya dengan menambah atribut persenjataan tempur, seperti drone canggih luar negeri lainnya.

Pameran alutsista KemenhanMCCP

"Karena kita pengembangan dengan Balitbang Kemhan ke depannya itu dan kita buat saat ini untuk kemandirian produk industri pertahanan. Ke depannya akan ke tempur, dipersenjatai," ucap Palma.

Palma meyakini jika teknologi drone Rajawali ke depannya memungkinkan setara dengan drone Predator asal negeri Paman Sam. Namun, hal itu diperkirakan terwujud dalam beberapa tahun lagi.

"Sekarang kita msih uji terus untuk surveillance. Ke depan ya mungkin dalam satu hingga lima tahun," imbuh Palma.

Sebelumnya, drone Rajawali 720 disebut sebagai Pesawat Terbang Tanpa awak (PTTA) tercanggih di Indonesia. Drone tersebut masuk dalam kategori Unmaned Aerial Vehicle (UAV) yang bersayap tetap (fixed wing). Kemampuan terbangnya pun cukup jauh dengan jarak tempuh 200 km dan waktu terbang mencapai 24 jam. (gah/nvl)

  detik  

Friday, 28 July 2017

[Video] Melihat Kecanggihan Drone Karya Anak Bangsa

Liputan CNNSebenarnya banyak perusahaan swasta di Indonesia yang mampu memproduksi pesawat terbang tanpa awak atau drone. Selain pesawat, ada pula yang mampu mengintegrasikan drone ke dalam sebuah sistem tempur.


   Youtube  

Rajawali 720, Bukan Sekedar Drone

UAV berbentuk unik itu mulai meraung. Kecepatannya bertambah dan kemudian akhirnya lepas landas. Inilah UAV besutan PT. Bhineka Dwi Persada, yang diberi nama Rajawali 720. Selain bentuknya yang tidak biasa, spesifikasi UAV ini bisa dibilang lebih besar dibanding UAV lokal lainnya.

Secara umum, Rajawali 720 memiliki panjang 4 meter dan rentang sayap 7 meter. Dengan payload 100 kg, UAV ini memiliki kecepatan jelajah hingga 135 km/jam. Namun yang istimewa adalah ketahanan terbangnya yang bisa mencapai lebih dari 20 jam. Sementara jarak terbang Line of sight, masih di angka 150an km. Angka ini bisa bertambah jika Rajawali 720 bisa terkoneksi dengan kendali melalui satelit.

Namun bukan hanya UAV yang ditawarkan. PT. Bhineka dwi persada juga merancang sistem integrasi antara UAV dan Prajurit di lapangan dalam sebuah Mobile Command Control Vehicle. MCCV ini murni desain PT. Bhineka bekerja sama dengan Balitbang Kemhan. Kendaraan truk ini, bukan hanya sebagai pengendali UAV, tapi juga sebagai mobil komando lapangan.

Data dari UAV Rajawali nantinya bisa secara real time diteruskan ke prajurit di garis depan. Sebuah mobil kontrol, bisa mengendalikan hingga 64 prajurit sekaligus. Selain itu, prajurit juga nantinya dibekali kamera serta peralatan lain yang bisa dimonitor oleh komandan di dalam truk. Sistem pengantaran data sendiri menggunakan jaringan LTE buatan sendiri atau radio link yang tertutup sehingga dijamin keamanannya. PT. Bhineka menyebut sistem ini sebagai Indonesia Future Soldier. Menarik bukan? Semoga saja inovasi ini dilirik oleh Kemhan dan TNI.

   ARC  

Thursday, 27 July 2017

Menhan Inginkan Pesawat Tanpa Awak Dilengkapi Persenjataan

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8X7YkgT06UJzmL04nQy7bBR-xzA25n49vHqLxxyKqqJ5T58h0c-b-dpoRKF_VwKslGiL2N93mhQnGqxEaqalvt6oPMYMD0MC3c4lZBp4kp6D0eEEb70cAqpb2r-8O26D2HRc1-9Z0Jcjg/s400/drone+4.jpgDrone Rajawali 720

Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu menginginkan pesawat terbang tanpa awak (PPTA) atau drone bisa digunakan untuk keperluan tempur, yang dilengkapi senjata dan bom.

"Pesawat terbang tanpa awak yang dibuat atas kerja sama Balitbang Kemhan dengan industri pertahanan dalam negeri sudah bagus, dengan jarak tempuh hingga 200 kilometer dan bisa digunakan selama 20 jam. Luar biasa itu," kata Menhan usai menyaksikan uji coba pesawat tanpa awak hasil kerja sama kementerian pertahan (Kemhan) dan industri pertahanan di Lapangan Terbang Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis.

Ke depan, lanjut Ryamizard, tak terlalu sering memakai pesawat yang menggunakan awak karena cost relatif mahal, dan penggunaannya pun terbatas. Namun, pesawat tanpa awak bisa digunakan setiap saat dan relatif lebih murah.

"Kemungkinan kecelakaan sangat kecil. Kalau pun ada kecelakaan tidak ada korban jiwa," katanya.

Pesawat terbang tanpa awak ini nantinya bisa di-update untuk dipasang alat tembak dan bom, serta bisa digunakan siang dan malam hari.

"Ini nggak kalah lagi dengan dari luar. Kemudian akan ditingkatkan terus. Itu kalau pakai satelit, jaraknya bisa 500 kilometer," kata mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) ini.

Purnawirawan Jenderal bintang empat ini berharap nantinya pesawat tanpa awak dapat dimaksimalkan untuk menjaga perbatasan, bahkan dapat digunakan untuk mencegah peredaran narkoba.

"Iya pasti (akan dimaksimalkan) di perbatasan mau lihat di mana tukang narkoba itu bawa narkoba. Semuanya lah. Curi-curi ikan segala macam. Nanti di kapal angkatan laut juga ada drone, penanganan bencana, segala macam lah," katanya.

Kendati demikian, tambah dia, pihaknya tetap akan membeli beberapa drone militer dari China guna menambah pengetahuan teknologi mengenai drone.

"Jadi begini. Kita, orang China, orang manapun, beli pasti dia bedah itu barang untuk dipelajari. Kita juga beli sedikit satu-dua, kemudian kita pelajari untuk menambah kecanggihan itu. Semuanya begitu," jelasnya.

Pesawat yang diujiterbangkan bernama Rajawali 720, yang merupakan hasil kerja sama Balitbang Kemhan dengan PT Bhineka Dwi Persada. PPTA Rajawali 720 termasuk ke dalam kategori Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau juga disebut Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) dan merupakan PPTA bersayap tetap (fixed wing).

PPTA tersebut memiliki kemampuan terbang Iebih dari 24 jam dengan misi radius jelajah 20 km sampai dengan 1000 km, dan ketinggian jelajah 8000 meter dan kecepatan hingga 135 km/jam (73 knots). PPTA Rajawali 720 tersebut juga mampu tinggal landas dan landing dengan Iandasan yang cukup pendek.

PPTA Rajawali 720 dirancang dengan misi utama sebagai pesawat pengintai, yang dilengkapi dengan sistem gimbal dan kamera yang dapat mengirimkan hasil pantauan, baik gambar maupun video secara real time ke darat melalui Ground Control Station (GCS).

Sehingga, PPTA Rajawali 720 dapat menjadi salah satu altematif yang handal dalam melakukan pengawasan dalam berbagai keperluan, seperti melakukan pemantauan di daerah perbatasan, lautan ataupun hutan.

Selain PPTA Rajawali 720, kata Kapuskom Publik Kemhan Brigjen TNI Totok Sugiharto, juga akan diuji coba beberapa pesawat tanpa awak lainnya, yakni Pesawat Udara Tanpa Awak (Puna) Alap-Alap, Wulung (PT Carita Boat Indonesia), Elang Laut (PT DI), dan Mission System (PT LEN Industri), serta Target Drone (PT Indo Pacific Communication dan Defence), M3LSU03 (PT Mandiri Mitra Muhibbah).

 ♖ Antara  

[Foto & Video] Ujicoba Drone

Di Lapangan Terbang Pustekroket Rumpin Beberapa unit drone hasil karya anak bangsa di pamerkan dan ujicoba di Bogor. Foto dan Video dibawah diposkan pr1v4t33r@def.pk :


Drone ini dinamakan UAS 'Rajawali 720', merupakan hasil kerjasama antara litbang Kemhan dan industri pertahanan untuk memperkuat sistem pertahanan.

Penampakan drone 'Elang Laut', hasil kerjasama TNI AD bersama PT Carita Boat Indonesia.

Drone ini dinamakan M3LSU03, diyakini produk LAPAN.

Drone 'Elang Laut' akan diujicoba terbang di lapangan terbang Rumpin, Bogor.

Mobile Command Control Vehicle (MCCV) Balitbang Kemhan.

Video demo ujicoba terbang 'Rajawali 720' dari Youtube.
  Garuda Militer  

Wednesday, 26 July 2017

Pemerintah Akan Kembangkan Industri Drone

Untuk kepentingan militer dan sipilDesain drone MALE PT DI [detik] ★

M
enteri Koordinator Politik Hukum dan keamanan Wiranto mengungkapkan pemerintah akan mengembangkan industri drone yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan militer maupun kepentingan sipil.

"Itu yang menjadi satu sasaran kami untuk mengembangkan industri drone sehingga dapat multifunction sehingga bisa kami pakai untuk kepentingan militer maupun untuk kepentingan sipil," kata Wiranto usai rapat kabinet terbatas di Kantor Presiden Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu.

Wiranto menyebutkan ke depan teknologi drone akan berkembang terus karena murah tetapi dapat menjangkau wilayah nasional.

"Ke depan ada satu teknologi baru yang lebih murah tapi juga dapat menjangkau wilayah nasional baik untuk kepentingan militer, pertahanan maupun untuk kepentingan-kepentingan sipil yakni drone," katanya.

Drone adalah pesawat pengintai tak berawak yang dijalankan dengan pusat kendali di suatu tempat dengan menggunakan komputer atau juga remote control.

http://www.defence24.pl/uploads/images/598fd952a01f0d5fca1474f3d6862db5.jpgDrone MALE Anka TAI dengan senjata rudal, akan di produksi PT DI dengan lisensi [defense24]

Sementara itu mengenai pembelian alat utama sistem senjata (alutsista) Wiranto mengatakan alutsista yang dibeli harus bisa meng-cover wilayah Indonesia yang luas, dalam arti bisa meng-cover pengamanan wilayah RI.

"Kedua kami harus realistis artinya jangan sampai pembelian alutsista menggerogoti APBN yang nanti bisa mengganggu kebijakan di bidang yang lain, artinya harus ada pertimbangan rasional dari pembelian itu, artinya ada efisiensi di situ," kata Wiranto.

Namun Wiranto mengingatkan bahwa upaya memperkuat alutsista juga perlu ditujukan untuk "detterence factor".

"Artinya kita tetap dihormati negara lain dalam rangka melakukan satu diplomasi internasional, kalau kita tidak kuat nanti kita disepelekan," katanya.

Menurut dia, pembelian alutsista harus dilakukan dengan pertimbangan yang baik dan matang, satu sisi memenuhi kepentingan pertahanan nasional di sisi lain tidak merugikan kepentingan lain dalam pemanfaatan APBN.

Dalam kesempatan itu Wiranto membantah ada ketidakharmonisan antar lembaga terkait pengadaan alutsista.

"Siapa yang bilang tidak harmonis kalau ada perbedaan pendapat ya didiskusikan, diperbincangkan sehingga mencapai keseimbangan tadi, kalau ada perbedaan pendapat kan masing-masing kementerian mengemukakan pendapatnya. tugas kita menyerasikan itu sehingga ada keputusan yang baik," kata Wiranto.

  Antara  

Sunday, 23 July 2017

TNI AU Segera Perkuat Pertahanan Udara

UAV MALE Anka TAI [monch]

Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Hadi Tjahjanto mengatakan dalam rencana strategis (Renstra) kedua, TNI AU segera memperkuat sistem pertahanan di sejumlah wilayah Indonesia.

"Renstra kedua, kami akan memperkuat di Natuna, kemudian di Tarakan, Morotai, Biak, Merauke, kemudian di Kupang. Dalam hal ini kami juga akan membangun pangkalan yang ada di Selaru sesuai dengan kebijakan-kebijakan Panglima TNI," katanya usai membuka kegiatan Bakti Sosial dan Karya Bakti TNI Angkatan Udara di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Ahad 23 Juli 2017.

Sementara yang sedang berjalan untuk Renstra kedua 2014-2019, kata dia, TNI AU juga akan memperkuat sistem pertahanan di antaranya pengadaan pesawat tempur pengganti pesawat F5.

Selain itu, lanjut dia, penambahan pesawat Hercules tipe J, penambahan pesawat-pesawat latih termasuk pesawat helikopter, dan penambahan 12 radar. Menurut dia, penambahan radar itu sangat penting karena bisa mengawal dan mengamati seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

"Dan yang sangat penting lagi, rencana pesawat 'drone' tanpa awak di Natuna dan Tarakan dengan kemampuan MALE (pesawat tanpa awak buatan PT Dirgantara Indonesia), terbang 24 jam sampai 36 jam dengan jarak jangkau kurang lebih 2.000 kilometer. Itu yang akan kami tempatkan dalam Renstra kedua ini di Tarakan dan Natuna," katanya.

Sementara dalam renstra ketiga, kata dia, TNI AU akan menempatkan pesawat tanpa awak di Morotai dan Selaru.

Dengan demikian, lanjut dia, TNI AU dapat melihat pengamanan di hampir seluruh wilayah Indonesia mulai dari samudra hingga daratan dengan menggunakan pesawat tanpa awak.

Terkait dengan hal itu, KSAU mengatakan pihaknya telah membangun jaringan komunikasi data (network centric corporation) di TNI AU dan akan dikembangkan di Markas Besar TNI.

"Kemungkinan juga pada tingkatan yang lebih tinggi sehingga seluruh informasi di negeri kita ini bisa terpantau dari 'drone' dan bisa disebarkan ke seluruh satuan-satuan yang ada di bawah dan tidak bisa dibohongi karena semua menggunakan sistem digital yang bisa dibaca. Di mana ada ancaman, entah itu ancaman laut, ancaman darat, ancaman udara, itu yang sekarang sedang kita bangun," Marsekal Hadi menambahkan soal tindak lanjut kapasitas TNI AU bersama matra yang lain.

  ♞ Tempo  

Sunday, 16 July 2017

BPPT Ungkap Rumitnya Terbangkan Drone

Salah satunya waktu yang tidak bebas dan terjadwal.Drone Alap-Alap. PA4 [VIVA.co.id/Lazuardhi Utama]

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menguji drone atau Pesawat Udara Nirawak (Puna) Alap-alap tipe PA-4 untuk pemetaan (mapping) jalur kereta sepanjang Cirebon hingga Tegal, dari Bandara Cakrabhuwana, Cirebon, Jawa Barat, Sabtu, 15 Juli 2017.

Sebelumnya, BPPT telah berhasil menggelar uji coba drone serupa di Pangandaran, Jawa Barat, di mana mampu terbang selama 7 jam nonstop dengan total jarak jelajah 623 kilometer.

Menurut Flight Test Director Drone Alap-Alap, Jemie Muliadi, uji coba ini pemetaan jalur kereta ini menempuh jarak kurang lebih 86 kilometer yang terbagi dalam 13 seksi dan dilakukan dua hari yaitu, Sabtu-Minggu, 15-16 Juli 2017.

Ia mengatakan, teknologi drone ini sudah masuk Tahapan Kesiapan Teknologi (Technology Readiness Level/TRL) 8-9, atau siap diproduksi oleh industri. Pada 2018, BPPT akan mengajukan Drone Alap-Alap PA-4 agar mendapatkan sertifikat dari Indonesian Military Airworthiness Authority (IMAA).

Kendati demikian, Jemie mengaku terdapat beberapa kendala untuk mengoperasikan drone. "Ada tiga kendalanya," kata dia. Pertama, kondisi cuaca. Jemie mengebut bila cuaca tidak bisa dipengaruhi.

Dengan demikian, untuk melakukan uji coba terbang drone harus melihat kondisi cuaca. "Alhamdulillah, cuacanya bagus. Jadi, kita bisa menyelesaikan pemetaan sesi pertama penerbangan ini," ungkapnya.

Kedua, waktu yang tidak bebas. Jemie bilang drone tidak bisa diterbangkan saat malam hari, dan hanya pada siang saja. Ketiga, ketersediaan jadwal penerbangan yang terbatas dan terjadwal.

Artinya, lanjut dia, Drone Alap-Alap ini harus terbang (take-off) dan mendarat (landing) dari landasan di bandara. "Di sini (Bandara Cakrabhuwana) kita hanya bisa dikasih waktu (menerbangkan drone) hari Sabtu dan Minggu dari 08.00-16.00. Kita harus koordinasi sama stakeholders," papar Jemie.

Drone Alap-Alap mampu terbang maksimal 7 jam dan mampu terbang hingga 10 ribu kaki. Selain itu, drone ini diisi oleh bahan bakar, bukan baterai, sehingga mampu terbang lebih lama.


  VIVAnews  

Saturday, 15 July 2017

Drone Alap-alap PA4 Diuji Coba Pemetaan

Siap Masuk IndustriAlap-alap PA4, Drone Buatan BPPT Sukses Terbang Selama Tujuh Jam Tanpa Henti [Fakta]

Kepala Bidang Program Drone, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Joko Purwono, mengatakan drone alap-alap PA4 sudah layak untuk diproduksi dalam skala besar. “Untuk itu, BPPT telah bekerja sama dengan pihak swasta untuk memproduksi dalam skala besar,” kata Joko disela-sela misi uji coba pementaan udara jalur kereta api Cirebon-Tegal dengan menggunakan Puna alap-alap BPPT di Cirebon, Sabtu, 15 Juli 2017. Nantinya, spesifikasi drone tersebut tergantung dari pemesannya, termasuk jenis kameranya.

Pada 2018, BPPT akan mengajukan drone alap-alap PA4 agar mendapatkan sertifikat dari Indonesian Military Airworthiness Authority (IMAA). Sertifikat ini merupakan syarat agar drone buatan anak bangsa tersebut bisa digunakan militer Indonesia. Penggunaan untuk kalangan militer karena drone jenis ini selain bisa digunakan untuk mapping atau pemetaan juga bisa digunakan untuk surveillance atau pertahanan.

Untuk mapping, drone alap-alap PA4 dilengkapi dengan video dan kamera, sedangkan untuk surveillance, selain menggunakan kamera foto juga menggunakan gimbal video , dimana kamera bisa berputar hingga 360 derajat. Kamera video juga dapat melakukan zooming penguncian sasaran dan memotret sasaran untuk dijadikan sebagai bukti foto bila diperlukan.

Sementara itu Kepala BPPT, Unggul Priyanto, menjelaskan tujuan mapping tersebut untuk melakukan pengecekan data kereta api cepat Jakarta-Surabaya. “Berapa banyak perlintasan sebidangnya, berapa banyak lengkungannya, sisi kiri dan kanan apakah terlalu mepet dengan pemukiman penduduk, tanahnya masih benar atau tidak dan lainnya,” kata Unggul.

Nantinya hasil pemetaan ini bisa dibuatkan beberap opsi, yaitu tetap menggunakan track yang lama atau membuat yang baru. “Apakah track yang lama itu masih fleksibel untuk digunakan kereta cepat,” kata Unggul.

Selain itu, mapping kali ini juga untuk menguji seberapa jauh kemampuan mapping drone alap-alap PA4 tersebut. Drone tersebut juga mampu untuk pengawalan kebakaran hutan yang efektif. “Karena kalau menggunakan helikopter kan mahal,” katanya.

Seperti diketahui, sebelumnya BPPT telah berhasil menggelar uji coba pesawa udara nir awak (Puna) drone alap-alap PA4 di Pangandaran, Jawa Barat. Drone alap-alap tersebut mampu terbang selama 7 jam nonstop dengan total jarak jelajah 623 km. Drone alap-alap PA4 juga sangat efisien dalam membantu pengawasan kawasan hutan. dimana satu juga hektar bisa dipetakan hanya dalam 76 hari terbang. Keistimewaan lainnya, dalam pengoperasian, perawatan, mode penyelesaian masalah semuanya dikuasai oleh perekayasa BPPT.

   Tempo