Showing posts with label Kemhan. Show all posts
Showing posts with label Kemhan. Show all posts

Thursday, 7 September 2017

Turki Tawarkan Kerja Sama Pembuatan Kapal Selam dan Pesawat Tanpa Awak

Termasuk Control Systemnya Anka MALE UAV buatan TAI Turki [Quwa] 

Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan Soetrimo bertemu dengan Wakil Menteri Pertahanan Turki Ismail Demir di Kementerian Pertahanan, Jakarta Pusat, Rabu (6/9/2017).

Pertemuan bertajuk The 6th Defence Industry Cooperation Meeting itu membahas mengenai kerja sama antara Indonesia dan Turki di bidang industri pertahanan.

Soetrimo mengatakan, dalam pertemuan tersebut Pemerintah Turki menawarkan kerja sama pembuatan kapal selam dan unmanned aerial vehicle (UAV) atau pesawat terbang tanpa awak.

"Pada pertemuan tadi Turki menawarkan kerja sama pembuatan kapal selam 214 kemudian juga menawarkan UAV kelas MALE dan control system," ujar Soetrimo saat ditemui usai pertemuan.

Menurut Soetrimo, pemerintah Turki berkomitmen untuk membantu Indonesia dalam mengembangkan industri pertahanan agar mandiri. Pemerintah Turki, kata Soetrimo, bersedia membantu pembuatan kapal selam hingga industri pertahanan Indonesia mampu memproduksinya sendiri.

"Mereka akan membantu sampai menguasai kita menguasai betul (pembuatan kapal selam) kemudian control system-nya juga," ucapnya.

Soetrimo menuturkan hasil pertemuan tersebut akan dilaporkan ke Menteri Pertahanan untuk dikaji bersama pemangku kepentingan lainnya. Selain itu, tawaran kerja sama dari pihak Turki akan juga dilaporkan ke DPR untuk meminta dukungan dan persetujuan.

https://i.ytimg.com/vi/qVMrWP98M54/maxresdefault.jpgControl systems UAV Anka [youtube]

"Nanti akan kami laporkan kepada pimpinan untuk dikoordinasikan kepada seluruh stakeholder masuk juga kepada parlemen dan pimpinan tertinggi. Kami akan kaji tawaran itu dan ke parlemen supaya mendapat dukungan soal budget agar kerja sama dengan Turki bisa diperluas," kata Soetrimo.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Menteri Pertahanan Turki Ismail Demir berharap kerja sama dengan Indonesia bisa terus diperluas dan diperkuat. Hal tersebut, kata dia, akan memperkuat hubungan bilateral kedua negara yang semakin baik.

"Kami harap kerja sama ini bisa berlanjut lebih jauh. Besok juga akan ada pertemuan dengan pelaku industri untuk menentikan langkah apa yang akan diambil selanjutnya," ujar Ismail.

Seperti dikutip dari keterangan pers Kementerian Pertahanan, Indonesia memandang Turki sebagai partner yang sangat penting. Pertemuan tersebut menunjukkan peran Turki sebagai partner strategis Indonesia sangat besar.

Pada pameran industri pertahanan IDEF 2016 di Istanbul, Indonesia dan Turki meluncurkan Medium Tank Kaplan, hasil kerja sama PT Pindad dengan FNSS. Kerja sama antara Indonesia dan Turki semakin kuat setelah kunjungan Presiden Turki ke Indonesia pada 2011 dan 2015.

Pada kunjungan Presiden Joko Widodo ke Ankara, kedua negara sepakat untuk meningkatkan kerja sama di bidang kedirgantaraan dan alat komunikasi.

Saat ini, Kementerian Pertahanan RI dan Kementerian Pertahanan Turki sedang menjajaki penyusunan Defence Cooperation Agreement (DCA) sebagai payung hukum kerja sama pertahanan.

Pihak Indonesia sudah mengirimkan draf DCA tersebut dan tinggal menunggu persetujuan dari pihak Turki.

  Kompas  

Tuesday, 5 September 2017

Kemhan-TNI AU Harus Cermat

✈ Terkait Pengadaan Su-35 Ilustrasi SU 35 Russia [Istimewa]

Belanja Sukhoi SU-35 oleh Kementerian Pertahanan (Kemhan) merupakan salah satu rencana besar pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) untuk TNI AU. Berdasar hitungan Kemhan, pesawat tempur buatan Rusia itu paling cepat selesai dibuat dua tahun mendatang. Dengan anggaran yang tersedia, kedua instansi tersebut harus cermat. Khususnya dalam urusan operasional dan perawatan.

Untuk urusan tersebut, Kemhan memang sudah punya rencana. Mereka berniat berinvestasi untuk membangun fasilitas Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO). ”Ya pastilah (investasi lagi),” ungkap Kepala Badan Sarana Pertahanan (Kabaranahan) Kemhan Laksamana Muda TNI Leonardi.

Menurut dia, itu dilaksanakan sesuai dengan kerja sama Transfer of Technology (ToT) pengadaan SU-35. Dengan membangun fasilitas MRO dalam negeri, TNI AU tidak perlu repot apabila hendak merawat, memperbaiki, atau meningkatkan kemampuan SU-35. ”ToT-nya lebih kepada meningkatkan kemampuan fasilitas di tanah air,” jelas Leonardi.

Pemerintah juga tidak perlu keluar uang banyak untuk mengirim pesawat tempur tersebut ke negara asalnya setiap kali butuh perawatan. Baik perawatan ringan maupun berat. Tentu saja niatan tersebut sangat baik. Namun demikian, Kemhan maupun TNI AU tetap harus berhitung lebih jeli.

Meski pengadaan SU-35 bukan kabar baru dan sudah masuk rencana strategis (renstra) II, Direktur Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi berpendapat bahwa membangun fasilitas MRO bukan perkara gampang. ”Pertanyaan mendasarnya ada nggak duit yang bisa dialokasikan untuk bangun fasilitas MRO,” ujarnya.

Pengadaan alutsista sekelas SU-35 memang bukan perkara sederhana. Karena itu, pria yang akrab dipanggil Khairul itu mengapresiasi semangat Kemhan untuk membangun fasilitas MRO di dalam negeri. ”Bagus semangatnya,” kata Khairul. ”Tapi, tentu juga harus berhitung dengan sangat cermat,” tambahnya.

Sebab, bukan hanya biaya mendatangkan pesawat tempur itu saja yang besar. Operasional serta perawatannya juga demikian. Selama ini, sambung Khairul, anggaran untuk TNI AU terbatas. Bahkan bisa dibilang minim. ”Alokasi anggaran untuk TNI AU itu kecil,” kata dia.

Untuk itu, dia berharap besar Kemhan maupun TNI AU cermat memanfaatkan anggaran tersebut. Apalagi, Presiden Joko Widodo sudah mengingatkan agar transparansi dan akuntabilitas dalam penggunaan anggaran pemerintah harus diutamakan. Tidak terkecuali untuk urusan belanja alutsista.

Menurut Khairul, Kemhan harus menyempurnakan penyusunan standar alutsitsa dan sinkronasinya. ”Itu tidak boleh ditinggalkan dalam upaya realisasi mengejar target renstra II,” terangnya. Tidak terkecuali pengadaan SU-35 yang juga dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan Minimum Essential Force (MEF) TNI AU. Dengan demikian kedatangan pesawat tempur itu tidak menjadi soal dikemudian hari.

Skema imbal dagang yang dipakai Kemhan dalam pengadaan sebelas pesawat tempur modern tersebut patut diapresiasi. Namun, untuk membangun fasilitas MRO di tanah air, Khairul pesimistis. Meski TNI AU sudah berpengalaman mengurus pesawat tempur produksi Sukhoi lainnya, masih kata dia, perawatan tetap dilakukan di luar negeri. ”Faktanya untuk Sukhoi yang sekarang saja pemeriksaan beratnya dilakukan di Belarusia,” jelas dia.

  Indopos  

Saturday, 19 August 2017

Mencapai Kemandirian Alutsista 2019

Sejumlah Target Industri Pertahanan Harus DiselesaikanKunker Kemhan di Bandung

PT Pindad sebagai produsen peralatan pertahanan dan keamanan, saat ini tengah menyelesaikan produksi pesanan Kemhan medium tank yang rencananya akan ditampilkan dalam parade HUT TNI tanggal 5 Oktober 2017. Demikian diungkapkan Sekjen Kemhan Dr. Widodo saat melakukan kunjungan kerja (kunker) ke sejumlah industri pertahanan di Bandung, Selasa (15/8).

Dalam rangkaian kunjungannya ke PT Pindad, Sekjen yang didampingi Direktur Utama PT Pindad Abraham Mose dan pejabat eselon Kemhan mengungkapkan bahwa ada sejumlah target yang harus diselesaikan PT Pindad di masa yang akan datang terkait progres pencapaian PT Pindad dalam produksi medium tank yang bekerjasama dengan NFSS Turki. Untuk produksi medium tank akan disesuaikan dengan kebutuhan TNI di daerah operasi.

Pada tahun 2019, lanjut Sekjen, diharapkan Indonesia sudah mandiri di bidang industri pertahanan. Untuk itu Kemhan mendorong PT Pindad untuk mass production khususnya dalam mendukung alutsista Kemhan/TNI serta sejumlah kementerian di Indonesia bahkan dunia. Kemandirian itu dapat dimulai dari membuat bahannya, produksi, packing dan pemasaran sehingga diharapkan pada tahun 2019 target Kemhan/TNI dapat tercapai.

Sedangkan untuk target-target lainnya, PT Pindad mendapat tantangan untuk mengembangkan inovasi sejumlah produk seperti tank amphibi, roket dan senapan under water untuk pasukan khusus bawah air. Sekjen Kemhan berharap kedepan PT Pindad dapat menguasai pasar nasional bahkan dunia, untuk itu core business PT Pindad harus lebih ditingkatkan.

Setelah melakukan kunjungan ke PT Pindad, pada hari yang sama rombongan Sekjen Kemhan melanjutkan kunker ke PT CMI yang masih berlokasi di Bandung. Dalam kunjungannya ke PT CMI (Compact Microwave Indonesia), Sekjen Kemhan beserta rombongan diterima oleh Direktur Utama PT CMI Ir. Rahardjo Pratihno beserta jajaran direksi.

150817 Kunker Sekjen ke PT CMIDalam kunjungan ke industri pertahanan korporasi berbasis teknologi, Sekjen berharap kepada PT CMI sebagai perusahaan industri pertahanan yang bergerak dibidang alat komunikasi seperti radar, manpack, satellite ground station, modul radar pertahanan, sistem kontrol dan pengendalian untuk puskodal, untuk tidak bergantung ke luar negeri. Untuk itu kita harus mendorong agar PT CMI dapat menguasai pasar nasional dan dunia.

Lebih lanjut Sekjen mengatakan, kita patut berbangga bahwa selama ini PT CMI menggunakan komponen, SDM, tenaga ahli dan permodalan yang berasal dari dalam negeri. Sebagai perusahaan peralatan radio dengan kompetensi di bidang arus lemah dan tinggi (microwave), PT CMI merupakan perusahaan karya anak bangsa yang pemegang saham seluruhnya adalah Warga Negara Indonesia.

Oleh karenanya sebagai bangsa Indonesia kita harus mendukung sepenuhnya PT CMI agar tercapai kemandirian alutsista sesuai dengan semangat Presiden RI dan Menhan RI dalam kemandirian alutsista tahun 2019.

Sebelumnya pada hari yang sama di kesempatan pertama, Sekjen beserta rombongan berkesempatan mengunjungi industri pertahanan Bhimasena yaitu perusahaan di bidang Research and Development yang memproduksi kendaraan-kendaraan militer seperti EOD vehicle, CBRN vehicle, decontamination vehicle, kitchen vehicle, uav backpack dan uac optera. (ERA/SPD)
 

  Kemhan  

Sunday, 13 August 2017

RI Kembangkan Tank, Kapal Selam hingga Roket

Pameran di Jakarta Pameran alutsista Kemenhan [Mustaqim/detikcom]

I
ndonesia terus mengembangkan alat utama sistem persenjataan (alutsista) produksi dalam negeri. Ada beberapa alutsista yang tengah dikembangkan untuk diproduksi sendiri mulai dari kendaraan tank tempur, kapal selam, hingga peluru kendali.

"Ada beberapa poin (yang menjadi prioritas), kita lagi kembangkan kapal selam yang ketiga, yang dibangun oleh PT PAL, selanjutnya pemerintah bisa men-support itu agar kita bisa mandiri. Kemudian ada beberapa peluru kendali, ini sedang kita kembangkan agar kita tidak tergantung dengan negara lain khususnya untuk peluru kendali," ujar Sekjen (Kemenhan) Dr Widodo di lapangan Bhinneka Tunggal Ika, gedung kementerian pertahanan, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Minggu (13/8/2017).

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGU-UaE7ippfZ8MOrncPDqHwIHoDFUVLHgviBjl1E7tvH3alG6E2hiGnst024k2eRd1Bw_cY0-tvze8ICLizimikAsp6s6y4V2JxRCis-OxOfBwU9GbOlW5xfMfG57PcRxPO9cr576zjfq/s1600/86aa4de5-44f5-4ecc-b4c0-2857d671d722_169.jpgKendaraan tempur TNI di pameran alutsista Kemenhan [Mustaqim/detikcom]

Selain itu ada juga kendaraan tempur tank kelas medium yang tengah dikembangkan PT Pindad. Indonesia juga berencana untuk mengembangkan roket dengan radar.

"Kemudian juga medium tank, kita sedang kembangkan antara PT Pindad dengan beberapa perusahaan pendukung lainnya. Sehingga kita harapkan kita mampu untuk mandiri. Kemudian propellant, itu juga lagi dikembangkan PT Bahana, mungkin nanti tahun 2019 semuanya bisa terwujud. Kemudian juga ada roket, radar, dan ini juga merupakan penimbangan untuk ke depan," katanya.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisfad0Wca39fXhzRvZqXnBiOF-uBX7cwroIK-3LIAJW9kNIVfC-FBZBVuOANJz_AA1MWELoU9pG5Vk4pJPSRL_IffvI-Ue3dk6NGme95naky_ousBFSBdaJg9GYHr1eR3Q2_PvXHEthsjE/s1600/1e9abf4d-f175-44d5-87e7-4ead8fcc75fb_169.jpgDrone buatan industri pertahanan dalam negeri [Mustaqim/detikcom]

Widodo mengatakan semangat mandiri dalam industri pertahanan ini sesuai dengan arahan Presiden Jokowi. Hari ini Kemenhan juga menggelar pameran industri pertahanan dalam negeri yang diikuti perusahaan BUMN dan swasta.

"Ini memang mempunyai semangat yang selama ini sesuai dengan perintah presiden bahwa kita harus mandiri dalam industri pertahanan. Kita harus maju terus, hari ini ada 7 industri pertahanan dari BUMN dan 28 dari BUMS mensuport TNI selama ini untuk membuat Alutsista sesuai kompetensi dengan perusahaan itu. Dari pesawat, kapal, maupun tank, termasuk perlengkapan tempur di dalamnya, senjatanya, amunisinya, kita juga kembangkan roket yang itu juga program nasional," imbuhnya. (nvl/tor)

  detik  

Friday, 4 August 2017

Kemhan Siapkan Jalur Kereta Api di Kalimantan

Untuk Penggeseran Tank Leopard & LogistikMBT Leopard 2RI [skokheh22]

Hadirnya jalur kereta api di Pulau Kalimantan ke depan, diharapkan Kementerian Pertahanan bisa memudahkan proses pengangkutan Alutsista seperti tank-tank tempur yang beratnya mencapai puluhan ton. Sekaligus nanti memobilisasi pasukan TNI.

Dihadapkan pada kondisi tanah yang gambut di Kalimantan, kecil kemungkinan tank berat seperti Leopard seberat 60 ton bisa dimobilisasi tanpa moda angkutan yang cepat dan efisien, seperti kereta api.

"Dalam pertempuran modern, sudah sangat lazim tank melawan tank. Tank berat seperti Leopard atau yang medium sekitar 20 ton itu bisa jalan di jalur biasa."

"Olehnya pembangunan jalur kereta api kami harap bisa mengangkut tank-tank ke daerah yang nanti diskenariokan sebagai daerah pertempuran," kata Kapuslitbang Strahan Balitbang Kementerian Pertahan RI Laksamana Pertama TNI Agus Rustandi saat berada di Gedung PUPR Perkim Kalimantan Utara, Kamis (3/8/2017).

Ketika jalur kereta api siap, Kementerian Pertahanan dan atau TNI bisa dengan mudah mengumpan tank-tank dari Pulau Jawa ke sepanjang perbatasan mulai Kalimantan Barat hingga Kalimantan Utara.

"Konsepnya ketika terjadi kedaruratan, maka tank diangkut dari Jawa melalui pelabuhan. Setiba di Kalimantan, selanjutnya diangkut kereta api ke perbatasan. Jadi ketika darurat, Kalimantan mendukung infrastrukturnya untuk mendispersi pasukan dan Alutsista," ujarnya.

Belum lagi Presiden Joko Widodo yang meminta agar pasukan TNI di Pulau Jawa diumpan ke perbatasan untuk memperkuat wilayah-wilayah terluar negara. Kementerian Polhukam lanjut Agus Rustandi juga sudah merencanakan hal ini.

"Akan ditempatkan di mana saja dan berapa banyak, masih tahap pengkajian. Pengkajian itu sebenarnya dalam 1 tahun sudah bisa direalisasikan."

"Dari Kodam juga sudah menyebutkan bahwa sudah mulai didirikan pos-pos baru di perbatasan. Tetapi kembali lagi ke persoalan anggaran dan SDM yang diperlukan," sebutnya.
 

  Tribunnews  

Monday, 31 July 2017

Pindad Segera Pasarkan Tank Medium Tahun Depan

★ Dengan Kaliber 105 Milimeter MMWT FNSS- Pindad  [FNSS] ★

PT Pindad (Persero) siap memasarkan produk tank medium dengan laras kaliber 105 Milimeter hasil kerja sama dengan perusahaan Turki FNSS mulai 2018 mendatang.

Tahun ini first article selesai, sehingga pada 2018 bisa mulai dipasarkan. Untuk sementara, pembahasan tentang pesanan ada dari TNI. Mereka sudah melakukan beberapa kali pembahasan. Mereka akan mengganti beberapa tank,” kata Direktur Utama PT Pindad Abraham Mose di Kawasan PT Pindad, Kota Bandung, Senin (31/7/2017).

Kendati demikian, dia mengaku belum ada kepastian jumlah tank yang akan dipesan TNI. Namun, sebagai gambaran, kapasitas produksi tank medium oleh PT Pindad antara 15-20 unit per tahun. Khusus untuk TNI, Pindad mengaku akan melakukan penyesuaian spesifikasi sesuai kebutuhan TNI.

Memang ada beberapa permintaan user yang belum bisa diakomodir karena masih pengembangan bersama. Tetapi setelah first article selesai, kami akan ubah ikuti permintaan TNI,” jelas dia.

Menurut dia, harga tank medium tersebut berada di bawah harga tank Leopard, namun setara dengan harga tank buatan Korea Selatan. Dengan harga tersebut, diharapkan bisa menyaingi pasar produk sejenis.

Abraham menjelaskan, tank medium tersebut memiliki sejumlah kelebihan. Salah satunya cocok untuk infanteri dan kavaleri. Tank dilengkapi dengan laras kaliber 105 mm buatan PT Pindad.

Mesin kita masih total beli dari luar negeri. Tapi kalau desain, part supporting, dan lainnya itu dari kami semua,” jelas dia. Total kandungan komponen lokal pada produk tersebut saat ini mencapai 40%. (pur)

  Sindonews  

Friday, 28 July 2017

Kemhan 'Ngotot' Jualan Jet Tempur KF-X/IF-X

Indonesia akan ikut menjadi penjual jet tempur hasil kerja sama dengan Korea Selatan. (detik)

Kementerian Pertahanan menyatakan, kerjasama pengembangan pesawat tempur KF-X/IF-X dengan Pemerintah Korea Selatan jauh lebih menguntungkan daripada membeli pesawat.

"Kami tidak lagi menjadi pembeli (pesawat tempur), tapi menjadi penjual," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Anne Kusmayati di Jakarta, Jumat (28/7).

Anne menambahkan, pesawat tempur ini akan dipasarkan ke negara-negara Asia Pasifik, meski enggan merinci nama negara yang dituju.

Jet tempur jenis KF-X/IF-X ini merupakan implementasi kerjasama strategis antara Pemerintah RI dan Pemerintah Korea Selatan yang ditandatangani pada 2006.

Rencananya jet tempur jenis ini akan siap beroperasi paling lambat pada 2030.

Anne mengatakan, mengembangkan pesawat tempur secara mandiri lebih menguntungkan karena desain pesawat yang dibuat dapat menyesuaikan dengan persyaratan operasional dari PT Dirgantara Indonesia.

"Selain itu, terdapat kebebasan menentukan konfigurasi sehingga menjamin kemampuan pengembangan teknologi pesawat tempur yang berkelanjutan," kata Anne.

Ia menambahkan, dari segi biaya reparasi, memproduksi pesawat tempur sendiri lebih murah karena dapat menekan biaya operasional yang mencakup biaya produksi dan komponen.

Selain itu, kata Anne, akan lebih mudah dalam urusan perawatan (maintenance), perbaikan (repair), dan pembaharuan (upgrade) karena dapat dilakukan sendiri.

Sementara, urusan modifikasi dan integrasi persenjataan juga mudah karena tidak perlu menunggu persetujuan dari produsen pesawat.

Saat ini, PT DI telah mengirim 81 teknisi ke Korean Aerospace Industry (KAI) di Sacheon City untuk mempelajari sistem dan standar prosedur kerja di KAI.

Kerjasama pengembangan jet tempur Generasi 4,5 ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pesawat tempur TNI Angkatan Udara.

Dengan dilengkapi AESA radar, KF-X/IF-X diklaim mampu mendeteksi dan mengunci target pada waktu yang sama.

Kini, program tersebut masih dalam tahap peningkatan kesiapan teknologi PT DI untuk melakukan Engineering Manufacture Development (EMD).

Rencananya, KF-X/IF-X akan diluncurkan pada tahun 2021 untuk mendapat sertifikasi rancang bangun.

Kemudian pada 2026, prototype atau purwarupa akan dioperasikan untuk memastikan dapat terbang dan bermanuver dengan baik, sesuai spesifikasi operasional. (yns/gil)

   CNN  

Rajawali 720, Bukan Sekedar Drone

UAV berbentuk unik itu mulai meraung. Kecepatannya bertambah dan kemudian akhirnya lepas landas. Inilah UAV besutan PT. Bhineka Dwi Persada, yang diberi nama Rajawali 720. Selain bentuknya yang tidak biasa, spesifikasi UAV ini bisa dibilang lebih besar dibanding UAV lokal lainnya.

Secara umum, Rajawali 720 memiliki panjang 4 meter dan rentang sayap 7 meter. Dengan payload 100 kg, UAV ini memiliki kecepatan jelajah hingga 135 km/jam. Namun yang istimewa adalah ketahanan terbangnya yang bisa mencapai lebih dari 20 jam. Sementara jarak terbang Line of sight, masih di angka 150an km. Angka ini bisa bertambah jika Rajawali 720 bisa terkoneksi dengan kendali melalui satelit.

Namun bukan hanya UAV yang ditawarkan. PT. Bhineka dwi persada juga merancang sistem integrasi antara UAV dan Prajurit di lapangan dalam sebuah Mobile Command Control Vehicle. MCCV ini murni desain PT. Bhineka bekerja sama dengan Balitbang Kemhan. Kendaraan truk ini, bukan hanya sebagai pengendali UAV, tapi juga sebagai mobil komando lapangan.

Data dari UAV Rajawali nantinya bisa secara real time diteruskan ke prajurit di garis depan. Sebuah mobil kontrol, bisa mengendalikan hingga 64 prajurit sekaligus. Selain itu, prajurit juga nantinya dibekali kamera serta peralatan lain yang bisa dimonitor oleh komandan di dalam truk. Sistem pengantaran data sendiri menggunakan jaringan LTE buatan sendiri atau radio link yang tertutup sehingga dijamin keamanannya. PT. Bhineka menyebut sistem ini sebagai Indonesia Future Soldier. Menarik bukan? Semoga saja inovasi ini dilirik oleh Kemhan dan TNI.

   ARC  

Thursday, 27 July 2017

Menhan Inginkan Pesawat Tanpa Awak Dilengkapi Persenjataan

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8X7YkgT06UJzmL04nQy7bBR-xzA25n49vHqLxxyKqqJ5T58h0c-b-dpoRKF_VwKslGiL2N93mhQnGqxEaqalvt6oPMYMD0MC3c4lZBp4kp6D0eEEb70cAqpb2r-8O26D2HRc1-9Z0Jcjg/s400/drone+4.jpgDrone Rajawali 720

Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu menginginkan pesawat terbang tanpa awak (PPTA) atau drone bisa digunakan untuk keperluan tempur, yang dilengkapi senjata dan bom.

"Pesawat terbang tanpa awak yang dibuat atas kerja sama Balitbang Kemhan dengan industri pertahanan dalam negeri sudah bagus, dengan jarak tempuh hingga 200 kilometer dan bisa digunakan selama 20 jam. Luar biasa itu," kata Menhan usai menyaksikan uji coba pesawat tanpa awak hasil kerja sama kementerian pertahan (Kemhan) dan industri pertahanan di Lapangan Terbang Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis.

Ke depan, lanjut Ryamizard, tak terlalu sering memakai pesawat yang menggunakan awak karena cost relatif mahal, dan penggunaannya pun terbatas. Namun, pesawat tanpa awak bisa digunakan setiap saat dan relatif lebih murah.

"Kemungkinan kecelakaan sangat kecil. Kalau pun ada kecelakaan tidak ada korban jiwa," katanya.

Pesawat terbang tanpa awak ini nantinya bisa di-update untuk dipasang alat tembak dan bom, serta bisa digunakan siang dan malam hari.

"Ini nggak kalah lagi dengan dari luar. Kemudian akan ditingkatkan terus. Itu kalau pakai satelit, jaraknya bisa 500 kilometer," kata mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) ini.

Purnawirawan Jenderal bintang empat ini berharap nantinya pesawat tanpa awak dapat dimaksimalkan untuk menjaga perbatasan, bahkan dapat digunakan untuk mencegah peredaran narkoba.

"Iya pasti (akan dimaksimalkan) di perbatasan mau lihat di mana tukang narkoba itu bawa narkoba. Semuanya lah. Curi-curi ikan segala macam. Nanti di kapal angkatan laut juga ada drone, penanganan bencana, segala macam lah," katanya.

Kendati demikian, tambah dia, pihaknya tetap akan membeli beberapa drone militer dari China guna menambah pengetahuan teknologi mengenai drone.

"Jadi begini. Kita, orang China, orang manapun, beli pasti dia bedah itu barang untuk dipelajari. Kita juga beli sedikit satu-dua, kemudian kita pelajari untuk menambah kecanggihan itu. Semuanya begitu," jelasnya.

Pesawat yang diujiterbangkan bernama Rajawali 720, yang merupakan hasil kerja sama Balitbang Kemhan dengan PT Bhineka Dwi Persada. PPTA Rajawali 720 termasuk ke dalam kategori Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau juga disebut Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) dan merupakan PPTA bersayap tetap (fixed wing).

PPTA tersebut memiliki kemampuan terbang Iebih dari 24 jam dengan misi radius jelajah 20 km sampai dengan 1000 km, dan ketinggian jelajah 8000 meter dan kecepatan hingga 135 km/jam (73 knots). PPTA Rajawali 720 tersebut juga mampu tinggal landas dan landing dengan Iandasan yang cukup pendek.

PPTA Rajawali 720 dirancang dengan misi utama sebagai pesawat pengintai, yang dilengkapi dengan sistem gimbal dan kamera yang dapat mengirimkan hasil pantauan, baik gambar maupun video secara real time ke darat melalui Ground Control Station (GCS).

Sehingga, PPTA Rajawali 720 dapat menjadi salah satu altematif yang handal dalam melakukan pengawasan dalam berbagai keperluan, seperti melakukan pemantauan di daerah perbatasan, lautan ataupun hutan.

Selain PPTA Rajawali 720, kata Kapuskom Publik Kemhan Brigjen TNI Totok Sugiharto, juga akan diuji coba beberapa pesawat tanpa awak lainnya, yakni Pesawat Udara Tanpa Awak (Puna) Alap-Alap, Wulung (PT Carita Boat Indonesia), Elang Laut (PT DI), dan Mission System (PT LEN Industri), serta Target Drone (PT Indo Pacific Communication dan Defence), M3LSU03 (PT Mandiri Mitra Muhibbah).

 ♖ Antara  

[Foto & Video] Ujicoba Drone

Di Lapangan Terbang Pustekroket Rumpin Beberapa unit drone hasil karya anak bangsa di pamerkan dan ujicoba di Bogor. Foto dan Video dibawah diposkan pr1v4t33r@def.pk :


Drone ini dinamakan UAS 'Rajawali 720', merupakan hasil kerjasama antara litbang Kemhan dan industri pertahanan untuk memperkuat sistem pertahanan.

Penampakan drone 'Elang Laut', hasil kerjasama TNI AD bersama PT Carita Boat Indonesia.

Drone ini dinamakan M3LSU03, diyakini produk LAPAN.

Drone 'Elang Laut' akan diujicoba terbang di lapangan terbang Rumpin, Bogor.

Mobile Command Control Vehicle (MCCV) Balitbang Kemhan.

Video demo ujicoba terbang 'Rajawali 720' dari Youtube.
  Garuda Militer  

Jokowi Ingatkan Indonesia Harus Tetap Mandiri

Banyak Tawaran Alutsista Asing Produksi rantis Komodo [Pindad] 

Presiden Joko Widodo mengatakan, Indonesia mendapat banyak tawaran kerja sama untuk pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) dari beberapa negara.

Tawaran yang masuk, antara lain berupa transfer teknologi, mulai dari desain alutsista bersama yang memungkinkan menghasilkan hak cipta baru dan dimiliki industri dalam negeri, hingga realokasi fasilitas produksi dari negara produsen alutsista ke Indonesia.

Jokowi menegaskan, tawaran-tawaran itu harus dioptimalkan demi pemenuhan kebutuhan alutsista dalam negeri.

Tawaran-tawan tersebut harus dioptimalkan sehingga ada terobosan baru menuju kemandirian pertahanan. Terobosan itu harus mengubah pola belanja alutsista menjadi investasi pertahanan kita,” ujar Jokowi dalam rapat terbatas di Kantor Presiden, Rabu (26/7/2017).

Jika kerja sama tersebut diwujudkan, Jokowi mengingatkan bahwa pengadaan alutsista harus memperhatikan faktor pemeliharaan. Jokowi tidak ingin ada alutsista yang dibeli tanpa pertimbangan biaya pemeliharaan dalam jangka waktu ke depan.

Tidak boleh lagi Indonesia membeli, misalnya pesawat tempur, tanpa memperkirakan biaya hidup alutsista tersebut selama 20 tahun ke depan,” ujar Jokowi.

Terakhir, Presiden ingin agar kerjasama dalam pengadaan alutsista dengan negara-negara lain menggunakan mekanisme government to government (G to G) agar lebih dapat dipertanggungjawabkan.

Jokowi juga menegaskan, tidak boleh ada lagi praktik korupsi atau penggelembungan anggaran dalam pengadaan alutsista.

Tidak ada lagi toleransi terhadap praktik-praktik korupsi dan mark up. Saya peringatan jug alutsista ini dibeli dari uang rakyat untuk digunakan TNI dan untuk melindungi rakyat, bangsa dan negara dari ancaman yang ada,” ujar Jokowi.

  Kompas