Showing posts with label Ilmu Pengetahuan. Show all posts
Showing posts with label Ilmu Pengetahuan. Show all posts

Wednesday, 13 September 2017

Keel Laying Kapal BCM TNI AL Dilakukan di PT Batamec Shipyard

KRI Tarakan 905, salah satu kapal BCM (Bantu Cair Minyak) yang dimiliki TNI AL

TNI Angkatan Laut kembali membuat kapal perang (KRI) modern . Kapal ini berfungsi sebagai kapal bantu cair minyak (BCM) di Batam . Mereka mempercayakan proyek pembuatan kapal tanker khusus ini di PT Batamec Shipyard yang sukses melaksanakan peletakan lunas pertamanya (keel laying) di Tanjung Uncang, Jumat (8/9) kemarin.

Perusahaan ini sendiri, merupakan salah satu perusahaan galangan kapal terbesar di Batam yang bergerak di bidang pembangunan kapal baru, perbaikan dan konversi kapal yang telah menerima penghargaan ISO 9001:2008 tentang sistem manajemen berkualitas, serta sistem keamanan dan kesehatan dari BS OHSAS 18001:2007, serta sistem manajemen lingkungan ISO 14001:2004.

Asisten Logistik Kasal Laksda TNI Mulyadi menyebutkan, secara umum, dipilihnya PT Batamec sebagai perusahaan pembuat kapal ini karena PT Batamec sudah memiliki berbagai fasilitas lengkap untuk pembuatan dan perbaikan kapal. Yakni berdiri di atas lahan sekitar 64 hektare dengan fasilitas seperti graving dock yang sudah dilengkapi 2 grantry crane berkapasitas 160 ton dan tinggi 32 meter.

Selain itu, sudah dilengkapi 3 buah slipway dengan masing-masing gantry crane berkapasitas 100 ton, ada juga Syncrolift berukuran 100 meter x20 meter x8 meter dengan kapasitas 3000 ton dan sudah dilengkapi gantry crane berkapasitas 140 ton, serta tiga buah dermaga, lima workshop pabrikasi, 3 mesin CNC Plasma yang mampu memproduksi 30 ton per hari, serta dilengkapi berbagai mesin seperti mesin bending, rolling, mesin bubut yang menunjang produktivitas perusahaan tersebut.

Selain itu, ini juga merupakan dukungan dan pengabdian TNI AL dalam mendukung industri lokal dan menggunakan produk Alutsista buatan negeri sendiri, serta menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia,” ujar Mulyadi usai peletakan lunas pertama (Keel Laying) kapal BCM milik TNI AL di Tanjunguncang, Jumat (8/9) kemarin.

Menurutnya, kapal tanker ini merupakan kapal ketiga milik TNI AL yang dibangun di Indonesia dan sudah menggunakan biro klasifikasi Bureau Veritas (BV). Tanker baru ini hadir dengan ukuran panjang 123,50 meter dan lebar 16,50 meter dengan kapasitas muat minyak 5500 meter kubik. Ke depan, kapal ini berfungsi sama seperti KRI Tarakan, yakni sebagai Auxiliary Support Vessel, yang mengisi bahan bakar kapal perang Angkatan Laut Indonesia saat beroperasi di laut.

Rencananya kapal ini akan dioperasikan di gugus tugas wilayah armada bagian barat (Armabar,red), mengingat saat ini, kita kekurangan alat untuk wilayah ini,” ujar Mulyadi.

Tanker ini juga akan dilengkapi sistem Replenishment at Sea (RAS) yang memungkinkan kapal untuk mentransfer bahan bakar ke kapal-kapal lain saat dalam kondisi beroperasi dan pelayaran jauh. Kemampuan ini sangat bermanfaat dalam strategi kemiliteran, dimana waktu dan kecepatan merupakan hal yang sangat menentukan dalam situasi genting.

Itu artinya, kapal tak perlu berhenti atau kembali ke pangkalan untuk sekedar melakukan pengisian bahan bakar. Misalkan, kita tak butuh kembali ke pangkalan di Natuna saat beropasi di perairan terluar. Kapal ini kita butuhkan saat beroperasi dalam menjaga batas-batas laut Indonesia di kawasan perbatasan,” jelasnya.

Yang jelas, tambah Mulyadi, kapal ini akan dioperasikan satuan tugas kapal bantu (Satban) dalam pengawalan dan penjagaan di laut Natuna Utara. “Kapal ini akan mengawal kapal-kapal perang kita yang beroperasi di perairan perbatasan seperti di Laut China Selatan yang butuh pengawalan khusus,” jelasnya.

Direktur PT Batamec Shipyard, Mulyono Adi menyebutkan ini menjadi kerjasama pertama mereka dalam mendukung TNI untuk pengadaan Alutsista dengan membuat kapal baru. “Ini yang pertama, tapi kalau maintenance atau perbaikan kapal sudah sering,” ujarnya.

Mulyono menyebutkan, karena kapal digunakan untuk kepentingan operasi, meski pun statusnya sebagai kapal tanker, namun mampu juga mengangkut logistik basah maupun kering untuk kebutuhan militer “Kapal ini telah mengalami penyempurnaan sehingga lebih aerodinamis dan modern,” jelasnya.

Sementara itu, rangkaian keel laying kapal ini sendiri menggunakan metode koin ceremonu. Metode ini merupakan sebuah tradisi yang biasa dipakai pada tahap awal pembangunan kapal. Caranya denga meletakkan koin pada bagian bawah lunas kapal yang dipercaya sebagai simbol keberuntungan. Peletakan itu sendiri diserahkan oleh Mulyono Adi untuk diletakkan secara simbolis oleh Laksda Mulyadi sebagai mitra penerima dari TNI AL.

Proses keel laying ini dilaksanakan sekarang setelah enam bulan proyek berjalan karena PT Batamec, sesuai regulasi Marpol/Solas, mengikuti aturan pembangunan kapal mencapai satu persen dari total berat LWT. “Saat ini sudah menyelesaikan delapan blok setara berat 360 ton. Itu artinya pembangunan kapal sudah mencapai 1 persen, dan sudah bisa keel laying,” ujar Mulyono Adi.

Pembangunan kapal BCM ini diawasi oleh satgas dari TNI AL secara langsung yang dipimpin oleh kolonel laut (T) Hindarto sebagai Dansatgas.

Meskipun venue acara sempat banjir akibat hujan deras, namun acara tetap berlangsung sukses. Rencananya, pembuatan kapal ini akan selesai pada akhir 2018 mendatang.

Acara ini sendiri dihadiri juga Vice President PT Batamec Shipyard Heronimus Setiawan, Project Manager kapal BCM Harsya Damar Hadityo, beserta para karyawan Batamec, dan juga mitra perbakan dan rekanan. Sedangkan dari pihak TNI dihadiri Danlantamal 4 Tanjungpinang, Laksmana Pertama (P) Ribut Eko Suyatno, Danlanal Batam, Kolonel Laut (P) Ivong Wicaksono Wibowo, Kasubdis Adalut Kolonel Laut (T) Andi Djaswandi, serta para pejabat lingkungan dari Mabes TNI AL. (cha)

  Batampos  

Kapal Layar Latih KRI Bima Suci Diresmikan KASAL di Spanyol

KRI Bima Suci, kapal layar latih tiang tinggi [Atlantico Diario]

Kapal layar latih pengganti Kapal Legendaris KRI Dewaruci yaitu KRI Bima Suci diresmikan oleh Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Ade Supandi, S.E., M.A.P., di Dermaga Vigo, Spanyol, Selasa (12/09). Dengan Acara peresmian tersebut menandai resminya KRI Bima Suci masuk ke dalam jajaran TNI AL sebagai Kapal Layar Latih Akademi Angkatan Laut (AAL).

Acara peresmian, diawali dengan laporan kesiapan oleh Dansatgas Yekda Kapal Layar Latih Laksamana Pertama TNI Sutarmono, M. Si. Han., dilanjutkan dengan penandatanganan berita acara serah terima, serta pemberian nama dan penandatanganan prasasti KRI Bima Suci oleh Ketua Umum Jalasenastri Ny. Endah Ade Supandi.

Sebagai puncak acara peresmian, dilaksanakan upacara kemiliteran di Dermaga Vigo, dimana Kasal Laksamana TNI Ade Supandi, S.E., M.A.P., bertindak selaku inspektur upacara, yang secara simbolis melaksanakan penekanan sirine sebagai tanda peresmian dan bendera Merah Putih berkibar di Kapal tersebut.

Pada upacara itu pula, Kasal mengukuhkan Letkol Laut (P) Widyatmoko Baruno Aji sebagai komandan pertama KRI Bima Suci, sekaligus merupakan Komandan Satgas Penyeberangan dan KJK 2017 yang akan membawa kapal generasi penerus KRI Dewaruci ini tiba di tanah air.

Rancangan teknis kapal layar tiang tinggi ini, memiliki ukuran panjang totalnya 111,20 meter, lebar 13,65 meter, kedalaman draft 5,95 meter, dan tinggi maksimal tiang layar 49 meter dari permukaan dek atas. Kapal kelas Bark (Barque, bahasa Inggris) tiga tiang itu memiliki 26 layar dengan luas keseluruhan layar 3.352 meter persegi. Ketinggian dek utamanya 9,20 meter dari permukaan laut. Keistimewaan KRI Bima Suci terletak pada instrumen navigasi pelayarannya yang lebih canggih, instrumen pemurnian air laut menjadi air tawar, hingga alat komunikasi dan data digitalnya.

Direncanakan pada 18 September mendatang, KRI Bima Suci akan langsung melaksanakan tugas pertamanya operasi penyeberangan dengan berlayar dari Spanyol menuju tanah air, sekaligus melaksanakan pelayaran Kartika Jala Krida (KJK) 2017, bersama dengan 119 Taruna/Kadet Akademi Angkatan Laut tingkat III Angkatan 64. KJK merupakan pelayaran muhibah ke luar negeri sekaligus latihan dan praktek (Latek) bagi Taruna AAL dengan menggunakan kapal latih Taruna, dan diharapkan KRI Bima Suci akan tiba di Surabaya pada 24 November 2017.

Turut hadir mendampingi Kasal para pejabat TNI AL dalam kesempatan tersebut antara lain, Asisten Operasi Kasal Laksamana Muda TNI INGN Aryatmaja, Asisten Logistik Kasal Laksamana Muda TNI Mulyadi, S.Pi., M.A.P., Panglima Armada RI Kawasan Timur Laksamana Muda TNI Darwanto, S.H., M.A.P., Gubernur Akademi Angkatan Laut Laksamana Muda TNI Wuspo Lukito, S.E., M.M., serta pejabat terkait lainnya.

  TNI AL  

Pemerintah Tarik Utang Rp 11,7 T untuk Pengadaan Alutsista

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjV_JizgNqQjk21Ul5wQbPC0OXEHm-diqC_nfPRQROXN6w0N__Tojg3tlsrvWs4Dwp3NYQczWRbXVeKlF30oq-m6k1Ft7pbQdNTMPc5LUOZs56ZfZdDDzz0kdGoIQS3VLG51NqdNfOa_Q/s1600/Sukhoi+Su-35+ussian+%25D0%25A1%25D1%2583%25D1%2585%25D0%25BE%25D0%25B9+%25D0%25A1%25D1%2583-35%252C++Flanker-E+twin-engined+supermaneuverability+multirole+fighter+Russian+Air+Force+%25D0%2592%25D0%25BE%25D0%25B5%25D0%25BD%25D0%25BD%25D0%25BE-%25D0%25B2%25D0%25BE%25D0%25B7%25D0%25B4%25D1%2583%25D1%2588%25D0%25BD+%25283%2529.jpgSU 35 Russia ☆

Pemerintah masih akan menambah utang untuk tahun depan. Khususnya untuk proyek, pemerintah akan menarik utang Rp 38 triliun dengan porsi terbesar pada alutsista.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, Robert Pakpahan menyatakan ada lima kementerian/lembaga yang telah menyerap kurang lebih 90% dari pinjaman proyek, yang paling besar oleh Kementerian Pertahanan untuk alutsista sekitar Rp 11,7 triliun.

Beberapa pengguna yang besar untuk pinjaman luar negeri, 5 K/L terbesar pengguna pinjaman luar negeri adalah untuk alutsista Rp 11,7 triliun untuk Kemenhan, PUPR Rp 6,4 triliun, Polri Rp 3,3 triliun, Perhubungan Rp 2,4 triliun, dan Ristekdikti Rp 1,5 triliun,” ungkap Robert di Ruang Rapat Komisi XI DPR, Jakarta, Senin (11/9/2017).

Sedangkan untuk pinjaman dalam negeri, lanjut Robert, nettonya sebesar Rp 3,1 triliun yang terdiri dari penarikan utang sebesar Rp 4,5 triliun dan pembayaran cicilan pokok utang sebesar Rp 1,4 triliun.

Ini difokuskan untuk alutsista dan alumatsus (alat material khusus) yang diproduksi industri Hankam (pertahanan dan keamanan) dalam negeri, sementara pemberi pinjaman dalam negeri adalah bank BUMN dan BUMD,” tukas dia.

  detik  

Tuesday, 12 September 2017

Indonesia Allocates USD204 Million for Navy's Minesweepers Replacement Programme

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsUhteiAxn_peXggJzVS2AfRazxmxJ3ydKDH1Uw4rHaXXLix869kAvBP3OpcQ2KCUVLZeC-n8zAtPNiQ_xUooy4GjRlisPOWuyzu7aqCxZ_5cxILgHH1lYitb-svPwywInZ9MU_oA7EB1f/s400/slider_MJ-332-2.jpgFrankenthal class of Germany [Lurssen Defence] ☆

Indonesia has revised funding allocations for the acquisition of two new mine-countermeasure vessels. A variant of the German Navy's Frankenthal class has been named as a frontrunner in the acquisition programme.

The Indonesian government has approved funds totalling USD204 million to replace the country's fleet of ageing Pulau Rengat (Tripartite)-class mine-countermeasure vessels (MCMVs), an industry source close to the Indonesian Navy (Tentara Nasional Indonesia – Angkatan Laut: TNI–AL) has confirmed to Jane's.

The funds, which will be drawn from the country's foreign defence credit programme, have been slightly reduced from the USD215 million that was initially approved in 2016.

  IHS Janes  

Monday, 11 September 2017

Pesawat N219 Harus Lolos 3 Tes

Sebelum Diproduksi MassalUjiterbang N219 PTDI

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyatakan pesawat N219 baru bisa diproduksi massal setelah PT Dirgantara Indonesia (Persero) menyelesaikan serangkaian tes. Pesawat hasil kerja sama LAPAN dan PTDI resmi melakukan uji terbang perdana pada Agustus lalu.

Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Agus Santoso, mengungkapkan ada 3 tes yang harus dilewati N219 sebelum digunakan sebagai pesawat komersial dan diproduksi massal.

"Jadi harus ada tahapan yang ditunjukkan mereka hingga mereka dapat sertifikasi. Ada 3 tes yang harus dilewati," kata Agus ditemui di Kemenhub, Jakarta, Kamis (7/9/2017).

Ketiga uji tersebut meliputi tes penerbangan (flight test) selama 500-600 jam, Tes olah gerak (static test) untuk menguji sejauh mana pesawat ini mampu menahan beban maksimal, dan ketahanan tekanan (fatigue test) untuk mengukur seberapa panjang usia ekonomis pesawat.

Menurutnya, selain ketiga tes tersebut dilakukan secara paralel, uji terbang juga tak mesti harus selama 500-600 jam. Pihaknya menggunakan simulator untuk memastikan pesawat tersebut layak terbaik.

"Kalau tunggu 500-600 jam bertahun-tahun. Itu kami tes dengan menggunakan simulator dengan beberapa (sensor) secara langsung diletakkan di titik-titik pesawat. Agar PT DI bisa segera memenuhi pesanan yang datang," ungkap Agus.

Diungkapkannya, dirinya tak tahu kapan pesawat yang bisa terbang dari landasan 500 meter itu bisa dinyatakan lulus dari ketiga tes tersebut. "Itu saya enggak tahu, tergantung hasilnya," pungkasnya.
 

  detik  

Pengembangan N245 Butuh Rp 3 Triliun

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2ko3xS0sJERPCpNm5B7R1y6bQK4_cE19g8D89qmXhIy5IDcON0Sp3ixZ5PqRfdcKmTo5h5veQ2vvKk-wdYuMOVxHlpcGAX1y46KH1qE-Qqu524Fj0uuUXeVdiV4t8yIxGJBeVuLPgHYE5/s400/N245_Defense+Studies+%25282%2529.jpgModel pesawat N245 [Defense Studies] ☆

Setelah sukses dengan uji terbang pesawat N219, PT Dirgantara Indonesia segera mengembangkan pesawat N245. Pesawat N245 merupakan turunan dari CN235 hanya saja tanpa dilengkapi dengan fasilitas ramp door atau pintu di bagian ekor pesawat.

PT Dirgantara Indonesia memperkirakan sertifikasi pesawat N245 butuh dana 225 juta dolar AS atau sekitar Rp 3 triliun. Dalam sertifikasi itu akan dilakukan pengujian komponen vital pesawat, seperti sistem avionik, sayap, kelengkapan kokpit, dan peralatan pendaratan. Proses itu ditargetkan rampung pada 2018.

Biaya sebesar itu untuk membuat tiga prototipe (purwarupa) hingga merampungkan proses sertifikasi,” kata Direktur Produksi PT Dirgantara Indonesia, Arie Wibowo di Bandung, Rabu (6/9).

Arie mengatakan, saat ini, pengembangan N245 sedang dalam tahap desain awal. Menurut dia, targetnya pada 2018 selesai proses sertifikasi dan uji terbang dua tahun kemudian. Baru pada 2022, N245 dijadwalkan masuk pasar komersial.

Arie mengemukakan, potensi pasar N245 sangat besar di dalam negeri, terutama untuk melayani rute-rute yang berjarak antara 1 jam-1,5 jam melalui penerbangan.

Di Indonesia belum banyak dijangkau penerbangan jarak pendek, seperti Surabaya-Jember, Bandung-Cirebon, Bandung-Pangandaran, yang kalau lewat jalur darat membutuhkan waktu agak lama. Sementara pesawat N219 nanti yang akan mengisi rute-rute perintis,” ujar Arie.

Arie juga menyinggung, kompetitor N245 adalah ATR 42 buatan Peransis. ”Namun, kami tidak khawatir karena keunggulan N245 dapat mendarat di landasan pendek kurang dari 1.000 meter. Banyak bandara di Indonesia yang kondisinya seperti ini, sedangkan pesawat kompetitor tidak mampu mendarat di landasan pendek,” ucapnya.

Menurut Arie, pangsa pasar pesawat kecil dan medium ini di Indonesia relatif besar, untuk N219 sekitar 100 unit. Sementara untuk N245 antara 50-80 unit. Apabila target pasar dalam negeri itu terpenuhi, target angka tersebut bagi PT DI sudah balik modal.

Potensi pasar untuk pesawat N219 dan N245 juga bukan saja di dalam negeri, melainkan di luar negeri. Secara geografis yang cocok dengan Indonesia di antaranya kawasan Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika Latin. ”Kami berharap pesawat ini disukai banyak konsumen dari sejumlah negara,” katanya.

Arie mengungkapkan, Pemerintah Turki melalui Turkish Aerospace Industries Inc (TAI) juga berminat menjajaki kerja sama dengan PT DI untuk menjual pesawat itu ke kawasan Afrika. Turki, menurut Arie, mengusulkan agar pesawat N245 juga diproduksi di negara itu. Hal ini untuk memudahkan pemasaran pesawat ke kawasan Afrika yang jaraknya lebih dekat dari Turki dibandingkan dari Indonesia. Dengan demikian akan lebih efisien.

Tawaran Turki ini sedang dipertimbangkan, bentuk kerja samanya seperti apa. Namun, paling tidak tawaran ini juga menunjukkan pengakuan terhadap produk negara kita,” kata Arie.

Direktur Utama PT DI Elfien Goentoro mengemukakan, PT DI juga perlu bersinergi dengan perusahaan besar dunia seperti Airbus dan Boeing. ”Kami perlu beraliansi dengan perusahaan-perusahaan penerbangan dunia, tapi di sisi lain kita juga harus fokus pada pasar, misalnya pada negara kepulauan dengan memproduksi pesawat kecil dan medium,” ujar Goentoro.

   Kompas